REPUBLIKA.CO.ID,Sebagai jajanan populer di Bandung, Jawa Barat, seblak masih ramai peminat. Namun, kebanyakan pengusaha memasarkan seblak dalam kondisi "dadakan", yaitu seblak dimasak di tempat dalam kondisi basah dan disajikan selagi hangat.
Teknik "repot" tersebut ingin disudahi Ratih Rianti dan Sopi Sopiah. Dua sahabat tersebut ingin menyuguhkan seblak dengan sajian berbeda, yakni dalam bentuk seblak kering. Belum genap setahun, mereka mampu menimba laba dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.
Setahun menjadi pekerja swasta di Ibu Kota, Ratih tergoda mencicipi dunia bisnis. Ia meninggalkan pekerjaannya di Jakarta dan kembali ke kampung halamannya di kawasan Padalarang, Bandung Barat, dan memulai usaha seblak pada 11 Agustus 2015.
Sahabat sekaligus tetangganya, Sopi Sopiah, menjadi partner bisnis, utamanya di bidang produksi. Mereka memilih seblak karena sudah akrab di telinga orang Sunda.
Tapi, untuk wilayah lain masyarakat mungkin asing dengan istilah tersebut. Seblak merupakan cemilan yang berbahan dasar kerupuk udang. Tapi, cara pembuatannya tidak digoreng. Kerupuk mentah digoreng setengah matang dengan teknik tertentu, bersama cabai dan racikan bumbu khusus, di antaranya, bawang merah, bawang putih, garam, kencur, cabe rawit, dan penyedap rasa.
Seblak terbagi dua jenis, yakni basah dan kering. Seblak basah bertekstur kenyal, pedas, dan lengket. Seblak basah kerap dimasak dengan beragam campuran, misalnya, sayuran, daging, telur, atau apa pun sesuai kreasi dan selera koki.
Dalam usahanya, mereka pun mencari peluang kepraktisan dengan tidak membuat seblak basah. "Sopi itu sudah ahli membuat seblak basah dan kering, dulu waktu masih berkuliah, dia juga sempat berjualan seblak hasil buatannya sendiri," ujar Ratih.
Keduanya merintis bisnis seblak dengan modal minimal, yakni masing-masing iuran Rp 100 ribu. Uang yang terkumpul dibelanjakan bahan baku seblak, yakni kerupuk mentah lengkap dengan ragam bumbunya. Mereka juga menyediakan alat produksi, seperti plastik kemasan, timbangan, dan mesin pres.
Nama brand produk tak muluk-muluk. Seblak SR berarti seblak milik Sopi dan Ratih. Seblak disajikan dalam dua pilihan rasa, yakni asin dan lada alias pedas, Sinda, dan Misda alias amis (manis) dan lada.
Promosi produk mula-mula ditujukan pada teman-teman terdekat, kebanyakan teman semasa di kampus juga teman-teman keluarga dekat. Sambutan mereka hangat, kebanyakan karena memang kangen dengan seblak buatan Sopi ketika di kampus dulu. Menurut mereka, rasa seblak berbeda dari yang di pasaran dan pedasnya cocok dengan lidah mereka.
Menyadari kawasan Padalarang sebagai salah satu pusat industri, Ratih mempromosikan seblak kepada karyawan pabrik. Hasilnya, dari mulut ke mulut Seblak SR populer dan menjadi camilan wajib para karyawan.
Ratih juga memperluas pemasaran via media sosial. Ia menawarkan kepada teman-teman kerjanya dulu di Jakarta, juga berpromosi di media sosial milik akun pribadi keduanya.
Perputaran modal terus berkembang dari produksi awal yang tadinya hanya 30 bungkus, menjadi 50 bungkus, kemudian hingga 100 bungkus per pekan. Jika pesanan tengah ramai, produksi bahkan bisa mencapai 500 bungkus. Hingga kini, omzet yang diraup rata-rata per pekan, yakni Rp 800 ribu.
Profil Usaha:
Nama: Seblak SR Khas Sunda
Sejak 11 Agustus 2015
Owner Sopi Sopiah, Ratih Rianti
Kontak: 7DB7AF82