REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Harga minyak dunia naik pada Selasa (1/3), didorong peningkatan optimisme atas pembekuan produksi setelah Rusia mengatakan kelompok produsen minyak dalam negeri mendukung proposal tersebut.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik 65 sen (1,9 persen) menjadi berakhir di 34,40 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent North Sea untuk Mei, patokan Eropa untuk minyak, naik 24 sen (0,7 persen) menjadi menetap di 36,81 dolar AS per barel di perdagangan London.
"Pasar terus didorong oleh ekspektasi, kita akan melihat pengetatan fundamental pasokan dan permintaan," kata Gene McGillian dari Tradition Energy.
McGillian menunjuk bahwa harga Brent naik sekitar 40 persen sejak Januari, menyentuh level terendah sejak 2003. Pasar, di bawah tekanan berkelanjutan dari pasokan berlimpah, terangkat di paruh kedua Februari ketika tokoh OPEC Arab Saudi dan nonanggota OPEC Rusia setuju untuk membekukan produksi pada Januari, jika produsen besar lainnya mengikuti. Tapi kekecewaan bahwa tidak ada pemotongan produksi dan skeptisisme bahwa pembekuan tersebut bisa disepakati, telah memberikan kontribusi terhadap volatilitas pasar baru-baru ini.
"Hari ini Rusia mengulangi pemikiran mereka akan memiliki perjanjian membekukan produksi yang mereka jadwalkan untuk disetujui pada Maret," kata McGillian.
Membuka sebuah pertemuan dengan para kepala kelompok minyak, ia mengatakan Menteri Energi Alexander Novak telah memimpin diskusi tentang kesepakatan antara negara-negara produsen. Dia mengatakan ide itu untuk menentukan tingkat produksi Rusia 2016 pada Januari yang merupakan rekor pasca-Soviet di rata-rata 10,8 juta barel per hari.
"Ketika menteri melaporkan kepada saya, Anda semua setuju dengan usulan ini," katanya dalam komentar yang dirilis oleh Kremlin.
Anggota OPEC Uni Emirat Arab juga menyuarakan dukungan. "Saya percaya bahwa harga saat ini akan memaksa semua orang untuk menstabilkan produksi pada tingkat Januari, " ujar Menteri Perminyakan Emirat Suhail al-Mazrouei mengatakan, menurut kantor berita WAM.