REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan subsidi di sektor energi akan cenderung turun hingga 53 persen, dari Rp 1.340 triliun menjadi Rp 561 triliun. Tercatat, tahun 2014 saja pemerintah mengucurkan subsidi sebesar Rp 314,75 triliun untuk mensubsidi listrik, BBM, LPG maupun BBN.
“Subsidi energi kita 5 Tahun terakhir mencapai selalu diatas Rp 200 trilun dan kedepan, akan sangat rendah karena kebijakan untuk membuat subsidi fix menjadi Rp 1.000 dan inshaa Allah kedepan akan ada perbaikan karena harganya makin rendah dan kemungkinan subsidi akan tergeser dengan penggunaan energi baru terbarukan,” ujar Menteri ESDM Sudirman Said melalui keterangan resminya, Selasa (1/3).
Ia menyebutkan, sejak lima tahun yang lalu subsidi energi mencapai Rp 1.340 triliun. Targetnya, lima tahun ke depan diperkirakan subsidi akan turun 53 persen menjadi sekitar RP 561 Triliun. Subsidi energi tertinggi dicapai pemerintah pada tahun 2012, sebesar Rp 315,23 trilun dan 2014 sebesar Rp 314, 745 triliun.
Sudirman menilai, penuruan nilai subsidi diakibatkan adanya perubahan pola kebijakan subsidi yang diterapkan pemerintah. Mulai tahun 2015, lanjutnya, pemerintah menetapkan perubahan pola kebijakan subsidi sehingga dalam lima tahun ke depan subsisi energi akan menurun drastis. Nilai subsidi energi 2004-2014 (sepuluh tahun terakhir) sebesar Rp 2.060 triliun. Untuk 5 tahun terakhir (2010-2014) sebesar Rp 1.340 triliun, tetapi dengan perubahan pola kebijakan subsidi maka dalam 5 tahun kedepan subsidi energi turun 53 persen menjadi Rp 561 triliun.
"Dengan penurunan anggaran untuk subsidi energi ini, maka pemerintah mempunyai ruang fiskal yang cukup besar untuk dialokasikan pada kegiatan lain seperti, peningkatan pembangunan infrastruktur energi," kata dia.