Selasa 23 Feb 2016 17:09 WIB

Pemerintah Target Margin Bunga Bank 3 Persen

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Suku bunga bank (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Suku bunga bank (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- ‎Pemerintah tengah berusaha agar perbankan memiliki suku bunga kredit tidak terlalu tinggi. Salah satu upayanya dengan menekan margin bunga bersih atau nett interest margin ( NIM).

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, NIM perbankan Indonesia terlalu tinggi dibanding dengan negara tetangga. Hal ini membuat pertumbuhan perekonomian belum terdongkrak maksimal.

"OJK (otoritas Jasa Keuangan) harus mengambil langkah agar overhead perbankan bisa lebih efisien. Bisa dipreteli semua pengeluaran mereka. Nggak usah semua bank, bank menengah dan bank besar saja," ujar Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (23/2).

Dengan overhead sekarang yang mencapai 4-5 persen, Darmin berharap agar angka ini bisa menurun dan bergerak di 3-4 persen. Penurunan ini nantinya akan berpengaruh pada NIM di perbankan.

"Sekarang (perbankan) bahkan ada yang enam persen. Syukur-sukur tiga kalau bisa, Thailand itu tiga," kata Darmin.

Selain itu, OJK juga akan mengambil langkah-langkah agar bunga spesial (special rate) yang diminta pemilik dana besar tidak lebih dari 100 bps. Namun permintaan ini bukan berarti pemerinta akan mengatur tingkat bunga, hanya memperingatkan bahwa hal ini-lah yang menyebabkan tingkat bunga tinggi.

‎Mantan Gubernur Bank Indonesia ini menjelaskan, dibandingkan dengan negara-negara tetangga, suku bunga Indonesia masih terlampau tinggi. Dengan situasi perlambatan ekonomi dunia, pemerintah memerlukan suasana baru diantaranya menjadikan suku bunga menjadi lebih rendah.

Dengan suku bunga rendah, investor akan mudah masuk untuk turut membangun sejumlah kawasan ekonomi khusus (KEK), Kawasan Pusat Logistik Berikat (PLB) hingga kawasan pariwisata‎.

 "Kawasan ini laku, banyak peminatnya. Ke depannya kita ingin merealisasikan investasi dan pertumbuhan lebih baik walaupun pertumbuhan ekonomi global melambat," kaya Darmin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement