Jumat 19 Feb 2016 13:34 WIB

Asumsi Harga Minyak di APBN akan Diturunkan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said memroyeksikan harga minyak dunia akan membaik tahun depan. Ia menilai, pasar akan merespon kebijakan price setting di mana pemerintah Arab Saudi berinisiatif untuk berdiskusi dengan pemerintah Rusia dan Venezuela. Ketiga negera produsen minyak itu akhirnya sepakat untuk menjaga angka produksi.

"Bahkan Iran yang diperkirakan tidak ikut serta, jadi ikut serta. Jadi, akan ada rebound. Sekurang-kurangnya kalau bayangkan supply-nya tidak akan terus membanjir dan orang akan mulai berpikir," kata Sudirman saat bincang dengan media, di Jakarta, Jumat (19/2).

Sudirman mengatakan, keseimbangan harga ini perlu karena harga minyak yang kemahalan atau terlalu rendah tidak baik bagi perekonomian. Harga yang terlalu rendah, katanya, akan mematikan industri dan berpotensi menimbulkan krisis ekonomi. Sebaliknya, harga minyak yang kemahalan akan membuat produsen minyak skala besar seperti di Timur Tengah akan bereaksi negatif.

"Banyak prediksi tahun 2017 ketika mereka sudah capek berantem, banting-membanting, mungkin akan ketemu keseimbangan. Ini kan seperti back to back. Kalau satu pihak mengambil terlalu banyak, yang satu akan bereaksi. Karena itu semua pihak harus menjaga diri untuk ambil yang secukupnya, sepatutnya. Mungkin ini akan terjadi," kata Sudirman.

Lantas bagaimana nasib Indonesia atas gejolak harga minyak dunia ke depan? Sudirman mengaku akan ada revisi harga minyak Indonesia atau yang biasa disebut sebagai ICP yang tertuang dalam asumsi dasar makro APBN. Namun, ia menyebut belum bisa memastikan di angka berapa ICP akan terkoreksi.

"Lima puluh (dolar AS per barel) itu bukan harga realistis sampai angka berapa. Turunkan angka berapa saya belum sampaikan banyak karena ada kalkulasi kurs, seberapa beban impor, dan kalkulasi juga," kata Sudirman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement