Kamis 18 Feb 2016 16:49 WIB

Pelaku Jasa Keuangan se-Bali dan Nusa Tenggara Bersinergi Sambut MEA

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyinergikan seluruh pelaku jasa keuangan di Bali dan Nusa Tenggara. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing sektor keuangan di wilayah IV d era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Industri jasa keuangan di Bali dan Nusa Tenggara adalah instrumen penting dalam menyediakan pendanaan bagi sektor-sektor usaha yang membutuhkan investasi," kata Direktur Pengawas Jasa Keuangan OJK Regional Bali dan Nusa Tenggara, Nasirwan Ilyas dijumpai Republika di Denpasar, Kamis (18/2).

Sektor jasa keuangan sangat berkontribusi bagi perekonomian Bali. Perbankan di wilayah ini tumbuh signifikan sepanjang 2015 dengan berbagai indikator kerja kian membaik.

Volume usaha yang diukur dari nilai toal aset meningkat 9,48 persenmenjadi Rp 104,35 triliun pada 2015. Fungsi intermediasi perbankan juga berkembang dengan loan to depost ratio (LDR) meningkat dari 81,14 persen menjadi 86,21 persen di periode sama. 

Kredit yang disalurkan ke berbagai sektor usaha meningkat 10,58 persen menjadi Rp 71,14 triliun. Kualitas penyaluran kredit terkendali dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) 2,13 persen di bawah angka nasional per 2015.

Kepala Kantor Perwakilan OJK Bali dan Nusa Tenggara, Zulmi menambahkan pihaknya bersinergi dengan pelaku sektor jasa keuangan di Bali dan Nusa Tenggara supaya maksimal mendukung berbagai program pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi Bali dinilainya tetap signifikan di tengah perlambatan ekonomi global.

"Itu karena sektor pariwisata yang menjadi roda utama perekonomian di Bali," kata Zulmi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement