Jumat 12 Feb 2016 15:24 WIB

Bisnis Tol Dibuka 100 Persen untuk Asing, Ini Kata Pengusaha Lokal

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Ruas jalan tol Jakarta-Cikampek
Ruas jalan tol Jakarta-Cikampek

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melalui paket kebijakan ekonomi jilid 10 yang dirilis kemarin, penanaman modal asing dibuka sepenuhnya atau 100 persen kepada 35 bidang usaha di dalam negeri. Salah satunya adalah pengusahaan jalan tol. 

Nantinya, pemain asing bisa menanamkan 100 persen sahamnya dan menguasai sektor ini. Menanggapi ini pengusaha industri jasa jalan tol di dalam negeri justru tak gentar dengan kebijakan ini. 

Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk Adityawarman menilai, revisi daftar negatif investasi (DNI) yang dirilis pemerintah kemarin merupakan sinyal positif bagi industri jasa jalan tol. Selama ini, kata dia, semua proses pengadaan jalan tol juga dilakukan melalui tender. Sehingga, kompetisi dengan asing dinilai sama sekali tidak masalah. 

"Dengan adanya kompetitor asing ini, perusahaan yang menang harus profesional dan efisien. Kita juga bisa bersaing dengan mereka karena mereka bekerjanya efisien. Sehingga yang lokal pun harus efisien," ujar Adityawarman, Jumat (12/2). 

Adityawarman menegaskan, pelaku usaha jalan tol lokal tidak takut menghadapi asing yang nantinya masuk ke sektor ini. Ia menilai, saat ini pelaku lokal sudah mumpuni dari segi teknologi sehingga tak perlu lagi terlalu bergantung pada asing. 

"Kalau 10 15 tahun yang lalu memang kita ada kendala dalam sistem kontrol nya. Kalau saat ini lokal sudah mampu buat sistem kontrol sehingga kami tidak perlu bergantung dengan asing. Tapi kalau kita merasa pengadaan komputer harus bergantung luar negeri itu jadi handicap kan," kata Adityawarman.

Solusi bagi pelaku usaha tol saat ini agar tidak kalah dengan pemain asing, kata dia, dengan memperbaiki pelayanan dan operasi yang efisien. Tak hanya itu, ia yakin Jasa Marga memiliki pengalaman lebih banyak dan siap berkompetisi dengan asing. 

"Kami kan selama ini sudah dikompetisikan oleh pemerintah. Sehingga tidak masalah. Soal tarif juga, itu bagian dari business plan. Kalau mereka mau lebih rendah ya silakan. Karena yang kita hitung adalah investasi kita jangka panjang," ujar Adityawarman.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement