REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI-- Perusahaan telekomunikasi Qatar, Ooredoo, dikabarkan sedang melakukan pembicaraan dengan perbankan untuk mencari pinjaman 1,5 miliar dolar AS baik melalui surat utang atau pinjaman langsung.
Pinjaman oleh perusahaan yang memiliki unit-unit usaha di Timur Tengah, Afrika dan Asia ini ditujukan untuk pembiayaan kembali fasilitas kredit revolving (RCF) senilai 1 miliar dolar AS yang akan jatuh tempo pada Maret 2017 mendatang.
Dilansir Reuters, Senin (8/2), Ooredoo sendiri kabarnya akan menjaring likuiditas baik melalui RCF konvensional maupun syariah dalam dolar AS atau mata uang campuran. Pada 2016 ini, perusahaan telekomunikasi terbesar ke tiga di Kawasan Teluk ini juga berencana menerbitkan surat utang baik konvensional maupun syariah mengacu pada nilai umum penerbitan surat utang.
Mengacu penerbitan yang ada, umumnya surat utang yang diterbitkan minimal 500 juta dolar AS. Ooredoo memberi waktu bank-bank untuk merespon sebelum 14 Februari 2016. Ooredoo sendiri menolak berkomentar soal rumor pasar itu. "Kami sedang mengulas berbagai opsi untuk memenuhi kebutuhan finansial kami bersama mitra perbankan. Transaksi apapun yang membawa dampak material akan kami komunikasikan kemudian," ujar Kepala Hubungan Investor Ooredoo, Andreas Goldau.
Seperti kebanyakan perusahaan Kawasan Teluk lainnya, Ooredoo lebih memilih menjaring likuiditas dari luar ketimbang memanfaatkan pinjaman bank domestik. Ini tak lepas dari tekanan harga minyak yang terus berada di level harga rendah sejak lebih dari satu setengah tahun lalu.