REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menjaring rencana investasi dari Jepang sebesar 4,48 miliar dolar AS. Nilai tersebut terdiri atas minat untuk melakukan perluasan investasi sebesar 40 juta dolar AS, minat investasi baru sebesar 1,725 miliar dolar AS, dan komitmen investasi ditandai dengan telah memiliki izin prinsip (IP) sebesar 2,719 miliar dolar AS.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, minat investasi yang muncul tidak lagi didominasi oleh sektor-sektor tradisional investor Jepang seperti otomotif dan elektronik. Saat ini Jepang menyasar investasi di sektor properti dan pembangunan terminal di bandara NTB.
"Diharapkan diversifikasi melalui sektor-sektor baru ini akan terus berlanjut," ujar Franky,di Jakarta, Selasa (2/2).
Franky menjelaskan, total minat investasi Jepang untuk perluasan di Indonesia sebesar 40 juta dolar AS untuk bidang industri isolasi tahan panas. Sementara minat investasi baru sebesar 1,725 miliar dolar AS terdiri dari minat investasi di bidang moda transportasi massal sebesar 1,1 miliar dolar AS, pembangunan pembangkit listrik 400 juta dolar AS, pembangunan terminal bandara 200 juta dolar AS, pembangunan jalur pipa gas 20 juta dolar AS, industri bahan bangunan 3 juta dolar AS, serta industri mesin pertanian dan komponennya 2 juta dolar AS.
Selain itu, menurut Franky, terdapat juga komitmen investasi yang sudah memperoleh izin prinsip dari BKPM sebesar 2,719 miliar dolar AS. Investasi tersebut terdiri dari pembangunan pembangkit listrik 2,7 miliar dolar AS, pembangunan dan pengembangan property/real estate 10 juta dolar AS, serta industri suku cadang dan aksesori kendaraan bermotor roda empat atau lebih yakni 9,2 juta dolar AS.
"Mayoritas dari minat dan komitmen investasi tersebut berlokasi di Pulau Jawa. Selain itu ada beberapa minat investasi di bidang pembangkit listrik di Provinsi Sumatera Utara dan di bidang pembangunan terminal di Nusa Tenggara Barat," kata Franky.