Sabtu 30 Jan 2016 17:41 WIB

Menteri BUMN: Jangan Sampai Indonesia Dimanfaatkan Negara ASEAN

Menteri BUMN Rini Soemarno.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menteri BUMN Rini Soemarno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Menteri BUMN Rini M Soemarno mengatakan dalam era pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) jangan sampai RI dimanfaatkan negara-negara ASEAN sehingga BUMN perlu untuk lebih bersinergi membangun bangsa.

"Jangan sampai kita yang dimanfaatkan negara-negara ASEAN yang lain karena kita lambat memanfaatkan posisi kita sebagai negara terbesar di kawasan ini," kata Rini Soemarno dalam diskusi Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) di Kemang, Jakarta, Sabtu (30/1).

Menurut dia, ekonomi ASEAN pada saat ini sudah sangat terbuka dalam berbagai sektor dan proses liberalisasinya sudah menyeluruh kecuali mungkin di sejumlah sektor di perbankan.

Menteri BUMN juga memaparkan, dari sekitar 250 juta orang di Indonesia, sekitar 20 persen adalah kelas menengah yang punya potensi konsumsi yang tinggi. Selain itu, ujar Rini, salah satu tantangan Indonesia adalah ketimpangan pembangunan yang belum merata di seluruh Indonesia.

"Penekanan di Indonesia harus menjadi Indonesia-sentris bukan Jawa-sentris," katanya dan menambahkan, meski populasi yang terpadat adalah di Jawa, tetapi harus disadari bahwa penting pula untuk membina daerah-daerah lainnya.

Apalagi, ia mencontohkan bahwa masih ada 1.293 desa yang belum menikmati listrik, sehingga hal itu juga harus menjadi pekerjaan rumah terutama dalam meningkatkan ketahanan energi termasuk pangan supaya jangan mengimpor dan menjadi ketergantungan kepada pihak-pihak lain.

Karena itu, Menteri BUMN juga menekankan bahwa pihaknya selalu menekankan sinergi antar-BUMN bukan hanya membangun negeri, tetapi juga memperkuat BUMN-BUMN yang selama ini belum kuat.

Rini juga mengemukakan, strategi dari BUMN yang paling utama adalah pilar kemandirian, kesejahteraan, kedaulatan, dan kesetaraan. "BUMN harus bisa sinergi untuk membangun negeri untuk mensejahterakan rakyat," katanya.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo mengatakan profesionalisme merupakan kunci keberhasilan Indonesia dalam menghadapi era MEA.

"Kuncinya di etos kerja, produktivitas dan daya saing. Inilah profesionalisme," kata Presiden ketika membuka Rapim TNI-Polri, di Auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Jumat (29/1) pagi.

Presiden mengingatkan bahwa saat ini Indonesia bukan lagi akan menghadapi era MEA, melainkan sudah memasuki era MEA. Untuk itu, bangsa Indonesia harus meninggalkan tradisi-tradisi lama yang menyebabkan Indonesia tidak mampu bersaing dengan bangsa lain.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement