REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan, proyek kereta Cepat Jakarta-Bandung akan dibangun dengan mempertimbangkan kondisi alam dan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
"Untuk di Jawa Barat, pembangunan rel kereta cepat ini juga akan kita sesuaikan dengan kondisi iklim dan geologi yang rawan gempa," kata Hanggoro, dalam keterangannya yang diterima Republika, Jumat (29/1).
Hanggoro menjelaskan, kereta cepat Jakarta-Bandung ini memiliki platform teknologi EMU China dengan kecepatan 350 Km/Jam. Namun, untuk saat ini disesuaikan dengan jarak tempuh yang ditargetkan pada tahap komersial awal 200 km/jam, sehingga waktu tempuh 140,9 km sekitar 45 menit.
Untuk menjamin keselamatan, lanjutnya, kereta cepat mengadopsi system control CTCS-3 yang telah mendapatkan sertifikasi dari Loyd’s dan TUV serta sertifikasi Safety Implementation Level (SIL) 4.
Sementara untuk telekomunikasi menggunakan system GSM-R yang sangat handal dan terpercaya. Saat ini, ia katakan, SIL 4 merupakan level tertinggi dalam sertifikasi signaling yang sederajat dengan teknologi signaling dunia, seperti Alstom, Siemens dan Bombardier.
"Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan dilengkapi dengan sistem teknologi pencegahan, resiko, dan keamanan," lanjutnya.
Selain itu, ia menyebut, kereta berkecepatan tinggi ini memiliki kontrol pemeriksaan, pengawasan dan pemeliharaan secara menyeluruh terhadap berbagai fasilitas, antara lain unit kereta, jalur kereta, jembatan, sistem sinyal komunikasi dan jaringan kontak, pemantauan pergerakan roda dengan rel.
Hanggoro menambahkan, teknologi pada kereta cepat tersebut juga memiliki fasilitas sistem deteksi dini (early warning system) terhadap bencana, pengujian yang komprehensif terhadap sarana serta prasarana untuk meyakinkan kereta dapat beroperasi aman dan tepat melebihi 99 persen dari standar EMUs.