REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung oleh investor Cina dinilai lebih mahal ketimbang proyek kereta api cepat di Iran. Padahal, proyek kereta api cepat di Iran juga dikerjakan oleh China Railway Engineering Corporation.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) pun menyampaikan akan mengonfirmasi perbedaan biaya pembangunan proyek tersebut kepada Cina. "Saya juga tadi sampaikan ke Dubes Cina untuk meminta verifikasi lebih lanjut atas informasi itu, dan dia akan janji untuk itu," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (28/1).
Lebih lanjut, JK mengatakan, pemerintah tak memberikan jaminan dalam proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Ia mengatakan, dalam kesepakatan sebelumnya tak dibutuhkan adanya jaminan dari pemerintah. "Dalam persetujuan sebelumnya, tidak dibutuhkan jaminan karena itu investasi biasa," katanya menambahkan.
Sementara itu, terkait masalah izin analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), JK mengatakan, pemerintah masih akan mengatur hal tersebut.
Dubes Cina untuk Indonesia, Xie Feng, siang ini telah menemui Wapres JK di Kantor Wapres. Dalam pertemuan tersebut, salah satu pembahasan keduanya, yakni pembangunan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung.
Untuk diketahui, beredar informasi pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung oleh investor Cina tersebut menelan biaya jauh lebih mahal ketimbang proyek kereta cepat di Iran.
Pembangunan kereta cepat di Indonesia dengan jarak 150 km tersebut menelan dana hingga 5,5 miliar dolar AS. Sedangkan, pembangunan kereta cepat di Iran dengan jarak 400 km hanya membutuhkan dana 2,73 miliar dolar AS.
Kedua proyek kereta cepat itu sama-sama dibangun oleh China Railway Engineering Corporation. Tak hanya itu, pembangunan juga sama-sama diperkirakan rampung pada 2018 mendatang.