REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meyakini Indonesia bisa mencapai swasembada gula, bahkan bisa melakukan ekspor di masa mendatang karena potensi yang dimiliki Indonesia yang besar.
"Kami yakin Indonesia bisa swasembada bahkan bisa melakukan ekspor gula ke depannya karena potensi yang dimiliki oleh negara ini yang besar dengan lahan dan cuacanya yang mendukung," kata Ketua APTRI Arum Sabil di Kompleks Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (27/1).
Swasembada tersebut, kata Arum, bisa tercapai dengan berbagai usaha yang harus dilakukan oleh pemerintah antara lain revitalisasi pabrik gula untuk meningkatkan produktivitasnya, peningkatan luas lahan perkebunan tebu dan kualitas produksi tebu.
Untuk pabrik gula, Arum menjelaskan saat ini ada 62 titik di seluruh Indonesia dengan produksi 240 ribu ton, sedangkan luas areal perkebunan tebu adalah 470 hektare. "Jika produksi pabrik gula bisa ditingkatkan sampai 500 ribu ton dan areal perkebunan bisa mencapai 750 ribu hektare, dengan asumsi tiap hektare bisa produksi 100 ton dengan rendeman (kadar gula) 10 persen kita bisa hasilkan gula 7,5 juta ton," katanya menjelaskan.
Untuk mencapai produktivitas lahan tiap hektare bisa menghasilkan 100 ton, Arum menilai dibutuhkan kemauan serius dari pemerintah untuk berkomitmen membangun sarana dan infrastruktur produksi tebu, kebutuhan kredit serta kebutuhan pupuk yang harus dipenuhi dengan baik.
Dari data yang dimiliki APTRI, kapasitas produksi tebu saat ini di lahan kering adalah sekitar 50-60 ton per hektare dan di lahan dengan irigasi teknis, petani mampu memproduksi antara 80-120 ton per hektare.
"Jika itu semua serius dilakukan pemerintah untuk mendorong petani, kita bisa swasembada pangan bahkan ekspor karena kita bisa produksi 7,5 juta ton sedangkan kebutuhan nasional kita berada di 4,7 juta ton per tahun," katanya.
Sementara total kebutuhan konsumsi gula nasional adalah 17 kg per kapita per tahun dengan rincian, kebutuhan gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi langsung adalah 9 kg per kapita per tahun atau sekitar 2,205 juta ton untuk sekitar 245 juta jiwa penduduk.