Rabu 27 Jan 2016 08:20 WIB

Harga Minyak Membaik Bisa Angkat Saham Pertambangan

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nur Aini
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/1).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada perdagangan hari ini, Rabu (27/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak searah dengan pergerakan pasar saham global kemarin malam. Setelah harga minyak mentah kembali rebound, saham-saham tambang akan mendapat momentum penguatannya kembali.

"IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4490 hingga 4550," ujar Analis First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Rabu (27/1).

Sementara, perdagangan saham kemarin berlangsung kurang bergairah. Menurutnya, ini menyusul minimnya insentif positif dari eksternal setelah pasar kembali dikhawatirkan dengan koreksi tajam di pasar saham Cina dan turunnya kembali harga minyak mentah hingga di bawah 30 dolar AS per barel.

IHSG setelah bergerak bervariasi dalam rentang terbatas akhirnya berhasil tutup tipis di teritori positif. Kemarin IHSG menguat 4,68 poin di 4510,468 setelah sempat koreksi 22 poin di awal sesi.

"Penguatan indeks terutama ditopang penguatan saham sektor konsumsi dan manufaktur," kata David.

Nilai transaksi di Pasar Reguler kemarin hanya mencapai Rp 3,24 triliun di bawah rata-rata harian pekan lalu Rp 3,5 triliun. Pemodal asing kembali mencatatkan penjualan bersih hingga Rp 370 miliar.

Dari kawasan Asia, risiko pasar kembali dipicu anjloknya indeks saham Cina hingga 6 persen lebih ke level terendah dalam 13 bulan terakhir menyusul meningkatnya risiko keluarnya modal. The MSCI Asia Pacific Index kemarin koreksi 1,6 persen di 117,94.

Sementara Wall Street tadi malam berhasil rebound. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 1,8 persen dan 1,4 persen.

Saham-saham sektor energi, kata David, menjadi penopang penguatan setelah harga minyak mentah tadi malam rebound 2,7 persen di 31,15 dolar AS per barel. "Rebound harga minyak mentah dipicu spekulasi pasar negara-negara produsen minyak akan memangkas produksinya," ungkapnya.

Di sisi lain, David menuturkan, pasar tengah menanti hasil pertemuan the Fed yang berakhir Rabu pekan ini. Pasar memperkirakan the Fed masih akan menahan FFR pada level saat ini dan berharap The Fed membantu menstabilkan pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement