REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik pada Rabu waktu setempat atau Kamis (21/1) pagi WIB. Kenaikan dipicu oleh penurunan tajam di pasar ekuitas AS karena harga minyak anjlok lagi. Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari naik 17,1 dolar AS, atau 1,57 persen, menjadi menetap di 1.106,20 dolar AS per ounce.
Emas mendapat dukungan yang luas, karena pasar ekuitas AS anjlok di tengah penurunan tajam harga minyak, memicu devaluasi besar pada perusahaan-perusahaan energi AS.
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari merosot di bawah 27 dolar AS per barel di perdagangan siang di New York Mercantile Exchange.
Menjelang siang, Dow Jones Industrial Average jatuh 458,29 poin, atau 2,86 persen, menjadi 15.557,73. Indeks S&P 500 merosot 56,09 poin, atau 2,98 persen, ke 1.825,24, tingkat terendah sejak Februari 2014. Para analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian, logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman.
Logam mulia mendapat dukungan lebih lanjut ketika angka indeks harga konsumen (IHK) dari Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis pada Rabu menunjukkan IHK menurun sebesar 0,1 persen pada Desember, namun IHK inti meningkat sebesar 0,1 persen. Angka tersebut, analis mengatakan, sejalan dengan apa yang Federal Reserve AS mengharapkan. Namun, pedagang cenderung berhati-hati, karena inflasi masih lemah. Harga perak untuk pengiriman Maret naik 3,9 sen, atau 0,28 persen, menjadi ditutup pada 14,16 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 11,1 dolar AS, atau 1,34 persen, menjadi ditutup pada 819,20 dolar AS per ounce.