REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui adanya keikutsertaan warga negara asing (WNA) dalam tes seleksi pegawai BEI. Meski begitu, pihak bursa menekankan hal ini justru menjadi pemacu bagi warga negara Indonesia semakin meminati karier di pasar modal.
"Saya hanya melihat positifnya melihat minat mereka terhadap itu jadi tinggi. Jangan dilihat bahwa konteksnya bersaing. Kalau bersaing secara sehat, ya bagus kan, artinya orang asing aja mau bekerja di pasar modal, kenapa kita nggak minat ke sana," ujar Direktur Pengembangan BEI, Nicky Hogan, ketika ditemui di gedung BEI, Rabu (20/1).
Sebelumnya, melalui Capital Market Profesional-Development Program (CMP-DP), sebanyak 4.200 pelamar mengikuti tes seleksi pegawai BEI, di antaranya terdapat WNA asal Singapura dan Cina.
"Cuma satu dua aja yang melamar, kan total pelamar itu ada sekitar 4.200 dari itu, ya mayoritas pasti orang kita," ungkapnya.
Artinya, ia menilai, bekerja di pasar modal, khususnya di BEI, memiliki daya tarik sendiri. Dengan melihat minat itu, menurutnya, masyarakat masih menganggap ada optimisme berkarier di pasar modal.
"Dari 4.200 itu entah pelamarnya dari dalam atau luar menentukan minat yang tinggi karena yang dipilih itu tidak sampai 50 kan, hanya 30 yang akan dipilih," ungkap Nicky.
Namun, tetap saja, ia memastikan prioritas pemilihan pegawai diperuntukkan bagi masyarakat Indonesia. Perekrutan juga didasarkan keahlian khusus yang dimiliki oleh para calon. "Prioritasnya pastinya ke sana," ungkapnya.
Pengamat pasar modal dari IPMI International Business School, Roy Sembel, melihat adanya minat WNA bekerja di Indonesia sebagai pertanda era keterbukaan global sudah dimulai. Itu khususnya untuk tenaga kerja terampil.
"Ini kenyataan bahwa MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) sudah mulai terbuka," katanya.
Soal kekhawatiran bersaing, ia melihat Indonesia masih memiliki pertahanan. Untuk bekerja di Indonesia, tentunya diperlukan kemampuan berbahasa, pengetahuan, dan jaringan lokal.
Hal itu, menurutnya, akan menguntungkan bagi calon pekerja lokal. Sayangnya, kompetensi itu juga bukan hal mustahil untuk bisa dipelajari oleh WNA.