REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah mengalami kemerosotan lagi dalam perdagangan Senin (18/1) menyusul pencabutan sanksi internasional terhadap Iran. Harga minyak Brent, yang selama ini menjadi acuan harga minyak mentah dunia, sempat turun ke tingkat di bawah 28 dolar AS per barel sebelum sedikit terangkat.
Terakhir kali harga minyak menyentuh di bawah level 28 dolar ASper barel adalah pada November 2003. Penurunan harga minyak ini telah mendorong penurunan harga saham.
Harga minyak telah lama menghadapi tekanan akibat kelebihan persediaan dan persediaan diperkirakan akan semakin melimpah setelah Iran tidak lagi menghadapi sanksi ekonomi sehingga sekarang bisa leluasa menjual minyaknya ke pasar internasional.
Para analis mengatakan peningkatan akses Iran di pasar minyak internasional akan semakin menambah persediaan yang sudah berlimpah-limpah. Iran tercatat sebagai produsen minyak terbesar ketujuh di dunia.
Deputi Menteri Perminyakan Iran Rokneddin Javadi seperti dikutip New York Times, Senin (18/1), mengatakan bahwa Iran siap meningkatkan produksi minyak mereka sebanyak 500 ribu barel per hari. Tetapi sejumlah analis meragukan kalau Iran dapat menjual semua produksinya ke pasar dunia.
Produksi minyak mentah Iran saat ini berkisar 2,9 juta barel per hari. Sebagian besar minyak hasil produksi Iran dijual ke pasar Asia. Sejak sanksi ekonomi terhadap Iran dicabut, negara tersebut berencana kembali memenuhi permintaan pasar negara Asia.