REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Para pembuat kebijakan di Kanada sepekan terakhir dalam tekanan akibat anjloknya harga minyak dan komoditas.
Pedana Menteri Kanada, Justin Trudeau menggelar sidang Senin (18/1) waktu setempat untuk membahas pertumbuhan ekonomi yang lesu sejak kuartal III 2015.
Trudeau menekankan pentingnya investasi di bidang infrastruktur untuk merangsang pertumbuhan. Pada Rabu pekan lalu, Gubernur Bank Sentral Kanada, Stephen Poloz akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbaru tak lama lagi. Sejumlah ekonom memproyeksikan akan ada penurunan suku bunga untuk ketiga kalinya selama setahun terakhir menjadi 0,25 persen.
Pekan lalu dolar Kanada mencapai posisi terendah dalam 13 tahun terakhir akibat pelemahan harga minyak yang merupakan ekspor terbesar negara tersebut.
Pada Jumat pekan lalu, mata uang Kanada jatuh 4,8 persen terhadap dolar AS selama Januari 2015 atau 17,8 persen year on year (yoy). Penurunan besar terjadi saat pasar saham Kanada juga kehilangan taringnya hingga 22,2 persen sejak kenaikan 2015.
"Sentimen-sentimen itu benar-benar meracuni ekonomi Kanada," kata ekonom Desjardins Capital Markets, Jimmy Jean, dilansir dari Wall Street Journal, Senin (18/1).
Trudeau meski demikian tetap menyuarakan optimisme tentang prospek ekonomi Kanada yang saat ini masih mengecewakan.
Padahal, satu per satu pejabat kabinet menyampaikan kekhawatiran mereka secara pribadi. Sejumlah ekonom menilai pemerintah perlu meningkatkan jumlah belanja infrastruktur pada 2016 untuk mengimbangi pelemahan.
Obligasi pemerintah Kanada mencatat rekor terendah dalam 10 tahun terakhir, sekitar 1,15 persen. Yield utang 30 tahun bahkan diperdagangkan di bawah dua persen pekan ini.
Bank Sentral Kanada memperkirakan pertumbuhan negara dua persen pada 2016. Ekonom sendiri menilai pertumbuhan hanya sedikit di atas satu persen.