Ahad 17 Jan 2016 17:20 WIB

BI Rate Bikin Pasar Obligasi Bergairah

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nidia Zuraya
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Dealing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Dealing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju pasar obligasi masih menunjukan pergerakan variatifnya, seiring masih negatifnya sentimen yang ada. Menyusul penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), sentimen di pasar obligasi bergerak ke arah positif.

"Belum meredanya sentimen dari Cina dan masih melemahnya laju harga komoditas yang secara tidak langsung berimbas pada kembali menguatnya laju dolar AS yang memberikan sentimen negatif pada pasar obligasi," jelas Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI), Reza Priyambada, Ahad (17/1).

Sentimen itu, ia melanjutkan, berakibat harapan akan adanya kenaikan pada pasar obligasi kembali tertahan. Ditambah lagi laju rupiah kembali mengalami pelemahan sehingga turut menahan laju harga mayoritas obligasi. Itu meski beberapa seri masih dapat tercatat menguat.

Untungnya, adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) menjadi sentimen positif. Bahkan kembali melemahnya laju rupiah pun pasca diturunkannya BI rate juga tidak direspon negatif. Pelaku pasar tidak bergeming dengan pelemahan yang ada.

Dengan begitu, dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi kali ini lebih banyak dipengaruhi kondisi dalam negeri. Ini terutama berkaitan dengan dipangkasnya suku bunga BI rate.

"Seperti perkiraan kami sebelumnya dimana sentimen negatif global mulai berangsur mereda seiring mulai adanya aksi beli di asset-aset berisiko seperti saham dan obligasi. Laju pasar obligasi dalam negeri pun turut terimbas akan kondisi tersebut dimana hampir mayoritas mulai mengalami kenaikan harga," lanjut Reza.

Masih berlanjutnya aksi beli memberikan peluang kenaikan pada pasar obligasi. Kondisi inipun sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga masih menunjukan kenaikannya.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement