Ahad 17 Jan 2016 07:24 WIB

Pelemahan IHSG Diprediksi Berlanjut

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nur Aini
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/1).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pekan depan, laju indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan berada pada rentang support 4450-4478 dan resisten 4578-4621.

Kepala analis riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan tren volume yang terus menurun mengindikasikan pelemahan serta minyak dunia yang kini berada di bawah 30 dolar AS per barel turut menekan indeks untuk pekan ini. Jual bersih asing yang terus terjadi secara masif dapat dimungkinkan mendukung pelemahan IHSG untuk seminggu ke depan. "Meski kami berharap akan adanya peluang untuk pembalikan arah menguat dan meredanya sentimen negatif namun tetap mencermati sentimen yang ada dan waspadai jika pelemahan kembali datang," ujarnya, Sabtu (16/1).

Sepanjang pekan kemarin, masih banyaknya sentimen negatif baik dari Cina, harga minyak, serta maraknya isu politik dalam negeri berupa reshuffle kabinet membuat IHSG tertekan mengikuti bursa saham Asia. Kembali rebound-nya beberapa indeks bursa saham AS serta EIDO yang kembali menguat tipis membuat pelaku pasar kembali melakukan aksi beli secara signifikan sehingga IHSG mampu ditutup positif dan kembali berhasil memasuki zona 4.500an.

Pelaku pasar pun terlihat bersemangat jelang pengumuman RDG-BI dan berharap akan adanya penurunan suku bunga. Adapun peluang penurunan BI Rate ini mempunyai ruang yang cukup lebar meskipun concern para Dewan Gubernur BI terletak pada rupiah yang belum stabil serta pelemahan yuan yang mulai dibatasi PBOC.

Jelang pengumuman rilis data ekonomi terkait BI Rate yang berpeluang untuk dipangkas sebesar 25 bps, IHSG ditutup menguat. Tetapi, penguatan yang terjadi lebih terbatas setelah harga penutupan mendekati harga pembukaannya. Reza mengatakan tekanan jual yang sempat terjadi menggambarkan masih adanya kekhawatiran para pelaku pasar akan apakah BI akan benar-benar mau untuk menurunkan BI Rate, masih variatifnya kondisi ekonomi Asia, kemungkinan mulai adanya aksi profit taking, hingga kembali melemahnya laju Rupiah yang dibarengi aksi jual asing.

Selain itu, sentimen positif datang dari harga minyak sehingga menyebabkan pelaku pasar optimis di tengah keputusan Rapat Dewan Gubernur BI. Namun demikian, hal itu tidak bertahan lama dimana IHSG kembali melemah dikarenakan sentimen bursa saham global yang terkoreksi cukup dalam dan ditambah reaksi berlebihan dari adanya aksi teror di Jakarta.

Namun demikian, aksi jual yang berlebihan tersebut mampu diimbangi oleh BI Rate yang akhirnya dipangkas sebesar 25bps. Pelaku pasar kembali melakukan aksi beli sambil memanfaatkan rebound-nya indeks. "Meskipun IHSG ditutup melemah saat itu namun, secara intraday perdagangan, laju IHSG di tutup menguat atau lebih tinggi dari posisi pembukaan meskipun masih lebih rendah dari penutupan sehari sebelumnya," kata Reza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement