REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Lapindo Brantas Inc mengaku hasil dari penambahan sumur baru di Tanggulangin nantinya akan digunakan sebagian untuk melunasi ganti rugi korban Lapindo. Selama ini Lapindo Brantas hanya bertahan dengan sumur lama yang produksinya secara alamiah makin lama semakin menurun. Padahal di sisi lain perusahaan dituntut untuk memenuhi tanggung jawab atas korban bencana lumpur pada 2006 lalu dan pasokan untuk jaringan gas kota.
Direktur Utama PT Lapindo Brantas Inc Tri Setya Sutisna menyebutkan, penambahan sumur baru adalah cara agar perusahaan bisa memenuhi komitmen untuk memenuhi 10 ribu pelanggan gas kota di Sidoarjo dan Surabaya sekaligus melunasi ganti rugi korban bencana lumpur 2006 lalu.
"Kita harus mempertahankan produksi karena sudah punya komitmen dengan pembeli. Secara natural akan turun terus kalau tidak ada pengeboran lagi. Kalau ada pendapatan tentu untuk bayar utang," kata Tri, di Jakarta, Senin (11/1).
Untuk gas kota, kata Tri, akan ada tambahan 3.000 pelanggan lagi pada tahun ini. Produksi gas dari dua sumur baru yang dibor nanti akan digunakan untuk memasok tambahan pelanggan tersebut.
"Namun hasilnya kami berdiskusi apa yang terjadi, intinya perlu diskusi lagi. Dengan situasi seperti ini, kami diminta untuk berhenti dulu. Ditunda," ujar Tri.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) juga akhirnya meminta penundaan pemboran sumur yang baru.
"Secara teknis menurut kami aman. Harusnya tidak ada masalah sudah kami terangkan. Kami udah meyakinkan teknisnya," kata dia.
Tri menegaskan perusahaan juga telah melakukan evaluasi keamanan sebelumnya. Ia menyebutkan hingga saat ini kegiatan persiapan lapangan juga dihentikan untuk sementara. Tri menambahkan, sumur baru yang nantinya akan dibor membutuhkan setidaknya 6 juta dolar AS untuk dua sumur dengan potensi 9 hingga 12 triliun kaki kubik.