REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog diagendakan melakukan pengadaan untuk sebelas komoditas pangan strategis termasuk pengadaan daging sapi. Dalam praktiknya, Bulog diminta bekerja sama aktif dengan pengusaha penggemukan sapi nasional.
"Ada prosedur dan sejumlah perizinan yang harus dipenuhi ketika Bulog ingin merambah bisnis feedlot, Bulog belum siap makanya harus berkolaborasi dengan pengusaha," kata Pengamat Peternakan dari Universitas Padjajaran (Unpad) Rochadi Tawaf, Selasa 5/1).
Ketika Bulog memeroleh izin impor sapi, ia tidak diimbangi dengan penyiapan infrastrukturnya. Lagi pula, Bulog masih minim pengalaman, makanya harus kolaborasi dengan pengusaha. Kolaborasi bisa dalam bentuk penyertaan modal atau kerja sama bisnis lainnya. Yang penting nantinya gudang Bulog terisi daging sapi yang bisa menjadi instrumen pengendali harga.
Seperti diketahui, Perum Bulog diagendakan melakukan penjagaan pangan untuk 11 komoditas strategis di 2016. Sebelas komoditas tersebut yakni beras, jagung, kedelai, daging sapi, gula, ayam, telur, cabe, bawang, terigu dan minyak goreng.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu menerangkan, pengadaan sebelas komoditas tersebut akan dilakukan dengan straetgi kemitraan. Hal tersebut dimulai dengan mengoptimalkan keberadaan mitra kerja Bulog yang terdiri dari petani.
Secara keseluruhan, Bulog mengaku siap menjaga ketahanan pangan di luar beras. Dari segi infrastruktur, saat ini Bulog memiliki 1.500 unit gudang penyimpanan terbesar se-Indonesia. Bulog telah memenuhi standar minimal menjaga ketahanan pangan di luar beras. Namun infrastruktur yang tersedia belum ideal.
Bulog telah menyiapkan proyeksi penguatan infrastruktur secara mandiri di 2016. Di antaranya membangun infrastruktur pascapanen, cold storage, infrastruktur proses perawatan, infrastruktur gudang termasuk infrastruktur produksi.