Rabu 30 Dec 2015 16:17 WIB

OJK Proyeksikan Pertumbuhan Kredit 2016 pada 14,1 Persen

Rep: Binti Sholikah/ Red: Israr Itah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan perkembangan sektor jasa keuangan pada 2016 dengan positif. Berdasarkan rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan kepada OJK pada akhir November 2015, pertumbuhan kredit diproyeksikan pada kisaran 14,1 persen dan dana pihak ketiga (DPK) diprediksikan tumbuh 12,7 persen.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, dengan membaiknya proyeksi pertumbuhan domestik pada 2016, OJK memperkirakan kegiatan intermediasi lembaga jasa keuangan yang mencakup kredit perbankan dan piutang pembiayaan akan menunjukkan arah perbaikan. 

“Proyeksi ini sejalan dengan OJK Outlook yang pernah kami sampaikan sebelumnya bahwa kredit diperkirakan akan tumbuh sebesar 12-14 persen dan DPK tumbuh 13-15 persen,” jelasnya dalam jumpa pers tutup tahun 2015 di kantor pusat OJK, Jakarta, Rabu (30/12).

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), total penyaluran kredit bank umum sampai Oktober 2015 tercatat sebesar Rp 3.955 triliun, naik 10,2 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3.589 triliun.

Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank umum tercatat sebesar Rp 4.370 triliun, naik 8,9 persen (yoy) dari tahun lalu sebesar Rp 4.011 triliun.

Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (CKPN) tercacat melonjak cukup tajam dari Oktober 2014 sebesar Rp 90,7 triliun menjadi Rp 114,9 triliun pada Oktober 2015.

Muliaman menambahkan, beberapa faktor risiko masih akan mewarnai pasar keuangan domestik. Oleh sebab itu, OJK akan terus memantau pergerakan pasar serta mempersiapkan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.

OJK juga melihat masih ada ruang pelonggaran kebijakan pada aspek-aspek tertentu untuk mendukung pertumbuhan sektor jasa keuangan.

“Terlebih kinerja keuangan dan profil risiko lembaga jasa keuangan domestik berada dalam kondisi memadai, didukung permodalan yang kuat, kecukupan likuiditas, dan tingkat NPL yang terjaga,” ungkapnya.

Dia menyebutkan, pertumbuhan dan perbaikan kinerja sektor jasa keuangan ke depan akan lebih banyak bertumpu pada kapasitas domestik dibandingkan dorongan dari eksternal.

Indikator-indikator sektor jasa keuangan yang kuat menjadi modal utama dalam mendorong pertumbuhan sektor jasa keuangan domestik secara berkesinambungan. Sehingga diharapkan sektor jasa keuangan dapat berkontribusi secara optimal dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement