REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memperkirakan menjelang akhir 2015 minat investasi Korea Selatan meningkat. Pada periode 22 Oktober 2014 hingga 4 Desember 2015, tercatat minat investasi yang teridentifikasi mencapai 16 miliar dolar AS.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, minat tersebut menjadi perhatian dan prioritas BKPM untuk dapat diarahkan menjadi izin prinsip hingga kemudian bermuara menjadi realisasi investasi. Menurutnya, Korea Selatan merupakan salah satu ujung tombak kontributor negara asal investasi yang masuk ke Indonesia.
“Korea Selatan merupakan negara primadona investasi di Asia Timur, dan sekarang Cina mulai menyusul," ujar Franky, Ahad (13/12).
Menurut Franky, investor dari Korea Selatan cenderung agresif dan berani mengambil keputusan. Para investor tersebut sadar bahwa dalam berinvestasi ke Indonesia, mereka harus bersaing dan berlomba dengan investor lainnya. Franky menambahkan bahwa dari jumlah minat yang teridentifikasi sebesar 16 miliar dolar AStersebut, ada terdapat 4 miliar dolar AS yang tergolong serius.
"Karakteristik keseriusan ini ditentukan dengan frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh investor ke Indonesia, serta hasil komunikasi yang dibangun oleh kantor perwakilan BKPM di Seoul maupun oleh tim marketing officer yang ada di Jakarta," kata Franky.
Dari nilai minat investasi yang serius sebesar 4 miliar dolar AS tersebut, sektor prioritas yang menjadi kontributor utama adalah sektor industri padat karya dengan minat senilai 2,8 miliar dolar AS, di bidang infrastruktur sebesar 538 juta dolar AS, dan industri substitusi impor sebesar 452 juta dolar AS. Franky menjelaskan, untuk minat yang sudah direalisasikan menjadi izin prinsip tercatat sebesar 616 juta dolar AS, terdiri dari industri padat karya 257 juta dolar AS, infrastruktur 158 juta dolar AS, dan sektor pertanian 141 juta dolar AS. (Baca juga: Indonesia dan Korea Selatan Tingkatkan Perdagangan)