REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham PT Kino Indonesia Tbk langsung melonjak 450 poin saat pencatatan perdananya atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham emiten berkode KINO itu dibuka dengan harga Rp 4.250 per lembar dari harga penawarannya Rp 3.800 per lembar.
Dengan aksi korporasi ini, KINO menjadi emiten ke-18 pada 2015 sekaligus menjadi emiten ke-521 yang menjual sahamnya di bursa. "IPO yang kami lakukan merupakan rencana strategis untuk mendorong ekspansi ke masa depan," ujar Direktur Utama KINO, Harry Sanusi di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (11/12).
Dalam perdagangan di awal pembukaan sesi I, harga saham KINO sempat berada di level tertinginya, yaitu di Rp 4.300 per saham dan level terendahnya di Rp 4.200 per lembar.
Saham KINO ditransaksikan sebanyak 132 kali dengan volume transaksi sebesar 17 ribu lot senilai Rp 7,8 miliar. KINO melepas 228,57 juta lembar saham. Nilai ini sama dengan 16 persen dari modal disetor.
"Kami optimistis dengan melaksanakan IPO di situasi pasar yang menantang seperti ini ditambah kinerja perusahaan yang cukup solid dan juga prospek prospek pertumbuhan bisnis konsumer good yang baik," kata Harry.
Emiten yang masuk ke sektor konsumer ini akan menggunakan 27 persen dana hasil IPO untuk pembelian atau akuisisi mereka atau aset, atau penyertaan modal pada perusahaan di industri sejenis. Hal ini dijelaskan untuk mendukung pertumbuhan anorganik Grup Kino.
Adapun 50 persen dana akan digunakan untuk mendukung belanja modal. Hal ini untuk mendukung pertumbuhan organik perseroan.
"Sementara, sebanyak 23 persen dananya akan digunakan perusahaan dan entitas anak untuk mendukung modal kerja," jelas Direktur Keuangan KINO, Peter Chayson.