Jumat 11 Dec 2015 00:39 WIB

Bagaimanakah Bisnis Properti Tahun Depan ?

Pengujung melihat contoh hunian dalam pameran properti nasional, Real Estate Expo 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (18/11).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengujung melihat contoh hunian dalam pameran properti nasional, Real Estate Expo 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diperkirakan bisnis properti kembali bergairah pada semester kedua tahun 2016. Kenaikan itu terjadi karena kondisi ekonomi global dan adanya sejumlah kebijakan pemerintah yang mendukung bergairahnya bisnis properti di tanah air.

Hal itu disampaikan pengamat properti Ali Tranghanda, disela diskusi professional Property Agent Summit, tentang masa depan properti Indonesia, Kamis (10/12). Namun,  Ali  menyebutkan kenaikan tidak akan terjadi secara cepat, melainkan bertahap diangka kisaran 10 sampai 15 persen. Paket kebijakan yang diberikan pemerintah saat ini terkait properti dinilainya lebih baik dibanding sebelumnya. Sepanjang tahun 2015 ini seperti masalah pajak, relaksasi kebijakan serta program sejuta rumah rumah masih belum terselesaikan dengan baik. 

Selain itu, gariah kelas menengah saat ini untuk membeli aset properti dinilai lebih besar ketimbang kelas atas. Hal itu tidak terlepas dari besarnya jumlah warga kelas menengah Indonesia saat ini yang mencapai 45 juta jiwa lebih. Jumlah itu menurut laporan The Emerging Powerhouese of South East Asia, yang diterbitkan lembaga konsultan  Jones Lang LaSalle  akan melesat hingga 80 juta jiwa pada tahun 2020. Tren inilah yang akan menggerakkan roda industri properti guna menjawab kebutuhan tempat tinggal di kota besar negara ASEAN, seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar. 

Steve Melhuish, CEO PropertyGuru Group menyebutkan selain jumlah kelas menengah tersebut, Indonesia juga memiliki populasi anak muda. Mereka yang berusia sekitar 20 tahun dan baru bekerja pertama kali akan menjadi bagian dari kelas menengah. Nantinya mereka akan menjadi pasar potensial bagi pengembang yang harus segera diantisipasi kebutuhannya.  

Di sisi lain pasar propeti di Asia Tenggara akan terus membaik karena dorongan arus urbanisasi, bertambahnya jumlah kelas menengah dan kenaikan penghasilan pekerja akibat dari membaiknya kondisi ekonomi. Pembangunan  infrastruktur di sejumlah wilayah akan diikuti  pembangunan sarana industri dan perumahan yang layak bagi pekerja dan masyarakat sekitar. "Kenaikan akan terjadi secara perlahan tapi pasti, "kata Wasudewan, Country General Manager Rumah.com.

 

   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement