Rabu 02 Dec 2015 16:07 WIB

Yuan Beri Peluang Perbaikan Neraca Dagang Cina-Indonesia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Karyawati menghitung mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan IMF untuk menjadikan yuan sebagai mata uang global dinilai bisa menjadi peluang bagi Indonesia. Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan perdagangan dengan Cina.

Saat ini, kata dia, Cina sedang mengubah arah perekonomiannya dari produksi ke konsumsi. Sebelumnya Cina selalu menggunakan dolar AS untuk semua transaksi perdagangan. Akibatnya, Cina harus rajin ekspor untuk menimbun dolar AS yang akan digunakan dalam transaksi perdagangan.

Menurut Thomas, dengan keputusan IMF menjadikan yuan sebagai mata uang global maka tekanan ekspor Cina semakin berkurang karena mereka tidak perlu lagi menimbun cadangan devisa dalam bentuk dolar AS.

"Jadi ini sebenarnya dapat mengurangi persaingan ekspor di regional dan dunia," ujar Thomas di Jakarta, Rabu (2/12).

Thomas menjelaskan, saat ini pertumbuhan industri di Cina sudah terlalu berlebihan dan tidak sehat karena menimbulkan tingkat polusi yang tinggi. Dengan demikian, Cina akan memulai untuk mengubah arah perekonomiannya dari produksi ke konsumsi.

Menurut Thomas, melalui keputusan IMF tersebut sebetulnya membantu Cina untuk lebih giat melakukan konsumsi dan di sisi lain dapat menjadi peluang Indonesia dalam meningkatkan neraca perdagangan ke Cina. Thomas mengatakan, Cina membutuhkan waktu untuk menutup sejumlah pabrik di negaranya. Sementara produk-produk Cina masih terus banjir di seluruh dunia.

"Saya optimis bahwa defisit perdagangan kita ke cina akan berkurang, dan peluang untuk menyeimbangkan hubungan bilateral dengan Cina yakni melalui investasi dan pariwisata," kata Thomas.  

Thomas mengatakan, jika Cina berinvestasi membangun pabrik di Indonesia maka lambat laun akan terjadi perpindahan kapasitas produksi di Tanah Air. Hal ini dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia dengan negara lain. Tak hanya itu, dengan adanya pabrik baru maka ada peluang untuk membangun pabrik modern yang polusinya bisa lebih terkendali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement