REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (1/12) pagi, bergerak menguat sebesar 40 poin menjadi Rp 13.807 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.847 per dolar AS.
Kendati kurs rupiah menguat pada pagi ini, namun menurut analis riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, laju rupiah sepanjang hari ini masih dibayang-bayangi oleh pelemahan. Apalagi, kata dia, menjelang rilis data-data makro ekonomi dalam negeri yang sementara ini masih diekspektasikan akan mengalami pelemahan sehingga dapat memberikan sentimen negatif pada rupiah.
Laju rupiah di awal-awal pekan, jelas Reza, tampaknya harus rela tetap mendekam di zona merah seiring imbas melemahnya laju euro terhadap laju dolar AS. Sentimen yang sama dimana masih maraknya penilaian terhadap Bank Sentral Eropa, European Central Bank (ECB), yang akan melonggarkan pengetatan moneternya melalui stimulus moneter yang akan diluncurkan.
Sebaliknya, penguatan laju dolar terjadi seiring ekspektasi akan kenaikan The Fed di bulan Desember ini. "Tidak terasa nantinya pelaku pasar akan kembali mendengarkan view The Fed terkait naik maupun tidaknya Fed rate," kata Reza, Selasa (1/12).