Jumat 27 Nov 2015 16:00 WIB

Tekanan Inflasi Masih Kencang pada 2016

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nidia Zuraya
Kelompok Bahan Makanan Menyumbang Andil Inflasi Terbesar
Foto: Republika/Prayogi
Kelompok Bahan Makanan Menyumbang Andil Inflasi Terbesar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Enny Sri Hartati memprediksi laju inflasi pada 2016 akan mencapai lima persen atau lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 4,7 persen.

"Tekanan inflasi masih akan kencang, baik dari sisi permintaan maupun sisi penawaran. Inflasi 2016, diproyeksikan mencapai lima persen," ujarnya di Jakarta, Jumat (27/11).

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) itu menuturkan, inflasi pada 2016 akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nilai tukar rupiah dan kebijakan pemerintah pada bidang harga seperti BBM, listrik, maupun jalan tol.

Selain itu, inflasi juga akan dipengaruhi harga barang-barang bergejolak seperti harga bahan makanan dan makanan jadi.

"Dorongan inflasi akibat depresiasi nilai tukar rupiah diproyeksi masih akan terjadi pada 2016. Hal itu sejalan dengan proyeksi keputusan The Fed yang akan menaikkan suku bunga kebijakannya," kata Enny.

Sementara itu, pemerintah pada 2016 diproyeksi akan menaikkan tarif beberapa barang yang dikuasainya seperti jalan tol dan listrik. Tekanan inflasi dari sisi barang bergejolak diproyeksi masih tetap tinggi. Menurut Enny, hal tersebut disebabkan tingginya potensi defisit produksi komoditas pangan.

"Salah satu stimulus yang berdampak baik terhadap inflasi pada 2016 adalah keberlanjutan koreksi harga minyak dunia," ujar Enny.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Oktober) 2015 tercatat 2,16 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2015 terhadap Oktober 2014) sebesar 6,25 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement