Senin 23 Nov 2015 13:34 WIB

Jalan Berliku Keuangan Islam Singapura

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Muslim Singapura
Foto: AP
Muslim Singapura

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Industri keuangan Islam di Singapura menghadapi tekanan volatilitas pasar keuangan serta turunnya pendapatan sektor minyak dan gas. Bagi sebagain pemain, kondisi ini bisa mematikan. Namun, tetap ada yang melihat ada harapan.

Tahun ini hanya ada satu sukuk yang diluncurkan di pasar Singapura, sukuk milik perusahaan pembiayaan perumahan asal Malaysia Cagamas Bhd yang terjual 163 juta dolar Singapura pada September lalu.

Kurangnya sumber dana di negara sekuler seperti Singapura, kata analis pendapatan tetap DBS Bank Clifford Lee, jadi hambatan utama penerbitan sukuk. ''Karena mereka mencoba menjual ke pasar yang masih butuh edukasi berbiaya tinggi. Jika si penerbit adalah pemain besar, pasar konvensional sudah lebih dari cukup,'' ungkap Lee seperti dilansir Business Time, Senin (23/11).

Keuangan Islam melarang bunga, produk yang mengandung unsur ketidakpastian, spekulasi, dan pembiayaan yang berdampak buruk bagi lingkungan. 

Indikator yang terlihat juga pada tidak berjalan mulusnya unit perbankan Islam DBS Group Holdings di Singapura yang akhirnya ditutup karena tak memenuhi skala ekonomi yang diinginkan. DBS sendiri sudah menjalankan bisnis perbankan Islam di Asia pada 2007 lalu dengan investasi 250 juta dolar AS dengan Singapura sebagai titik tolaknya.

Keputusan ini tidak sangat tak diharapkan. Namun, pengamat menilai ini wajar karena tantangan yang dihadapi nampaknya tidak sebanding pertumbuhan angka ganda pada tahun-tahun sebelumnya saat harga minyak masih melangit.

''Beberapa sektor memang mengalami naik turun,'' demikian disampaikan Otoritas Moneter Singapura (MAS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement