REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Presiden Joko Widodo akan meminta dilakukannya reformasi arsitektur keuangan dunia dalam KTT G-20 di Antalya, Turki, Ahad (15/11), waktu setempat.
Menurut Retno, Jokowi sangat ingin mendorong pentingnya tatanan ekonomi dunia yang berkeadilan. Misalnya, negara-negara maju harus betul-betul memperhatikan negara berkembang dalam membuat sebuah kebijakan moneter.
"Pentingnya negara maju memperhatikan dampak kebijakan yang diambil bagi negara berkembang," kata Retno berdasarkan siaran pers yang disampaikan Tim Komunikasi Presiden, Ahad (15/11).
Retno menjelaskan ada tiga agenda utama dalam pertemuan G20. Pertama yakni working lunch dengan tema "Development and Climate Change". Kemudian ada working session bertema "Inclusive Growth: Global Economy, Growth Strategies, Employment and Investment Strtegies". Terakhir adalah working dinner dengan membahas "Global Challenges: Terrorism, Refugee Crisis".
(Baca juga: Jokowi akan Bicara Terorisme di KTT G20)
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa salah satu poin yang ingin disampaikan pemerintah Indonesia adalah mengenai kebijakan moneter negara maju yang harus mempertimbangkan efeknya terhadap ekonomi global, khususnya negara berkembang.
Menurut Bambang, ekonomi global harus belajar dari stimulus moneter Quantitative Easing yang dilakukan Amerika Serikat sejak 2008. Stimulus tersebut sangat ampuh memicu pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya negara berkembang. Namun, pertumbuhan tersebut hanya pertumbuhan semu karena AS dalam waktu dekat ini akan kembali menaikkan suku bunganya.
"Saat stimulus dihentikan, langsung berdampak pada perlambatan ekonomi global dan meningkatkan kemiskinan serta pengangguran. Negara maju harus memperhatikan negara berkembang," kata Bambang, Jumat (13/11) sebelum keberangkatannya ke Turki untuk menemani Presiden Jokowi.