Sabtu 14 Nov 2015 03:40 WIB

Pasokan Sentuh Rekor, Harga Minyak Dunia 'Terjun Bebas'

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Bayu Hermawan
Harga minyak dunia terendah dalam enam tahun terakhir.
Foto: AP
Harga minyak dunia terendah dalam enam tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Harga minyak dunia kembali menukik tajam ke posisi terendah dalam dua bulan terakhir. Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa stok minyak mentah komersial juga membanjiri negara-negara maju, bahkan mencapai rekor pasokan tertinggi di angka 3 miliar barel per harinya.

Laporan terbaru IEA menyebutkan bahwa kelebihan pasokan minyak mentah di pasar internasional ini kembali meruntuhkan harga minyak akhir-akhir ini. Seperti dilansir dari AFP pada Jumat (13/11) sore, harga minyak mentah London Brent Crude jatuh pada angka 43,60 dolar AS per barel dan New York Crude seharga 40,45 dolar AS. Angka ini terendah sejak Agustus lalu.

Kepala investasi dari hedge fund Alexander Alternatif Capital LLC di Miami Michael Corcelli menyebutkan dalam laporannya, bahwa pasar sedang kewalahan dalam menghadapi melimpahnya pasokan minyak mentah.

"Titik terendah minyak pada Agustus lalu. Kita bisa saja melaluinya atau malah semakin terpuruk," katanya kepada Bloomberg.

Sore kemarin juga, US Wes Texas Intermediate juga tercatat turun 1,17 dolar AS untuk pengiriman Desember nanti, dengan harga 40,58 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun 41 sen menjadi 43,65 dolar AS per barel di London. Harga ini lebih rendah dibanding penawaran pada Kamis sore.

Laporan menunjukkan bahwa harga minyak dunia kembali merosot setelah pasokan minyak kembali berlimpah. Analis ETX Capital Dominic Stewart menjelaskan, kelebihan pasokan minyak juga terjadi di AS dan menyeret harga minyak ke posisi paling rendah dengan harga 10 persen lebih rendah dibanding penawaran pada awal November lalu.

"Permintaan minyak meluncur terutama pada dua ekonomi terbesar di Asia, Cina, dan Jepang, yang telah menyebabkan kekhawatiran bagi investor tentang perlambatan (global) permintaan," ujarnya.

Pasar juga merespon dengan menekan permintaan minyak mentah. Departemen Energi AS melaporkan bawa persediaan minyak mentah komersial di konsumen minyak utama dunia tumbuh sebesar 4,2 juta barel pekan lalu.

Itu jauh lebih tinggi dari ekspektasi analis dari kenaikan 1,3 juta barel, memperkuat proyeksi kelebihan pasokan akan bertahan hingga tahun depan. Laporan ini juga menunjukkan produksi minyak mentah AS terus jalan lebih tinggi. Pertumbuhan permintaan minyak global juga belum cukup cepat untuk menyerap kelebihan pasokan.

Sementara itu pada hari Jumat, IEA memprediksi permintaan minyak dunia akan tumbuh 1,2 juta barel per hari pada tahun 2016,lebih rendah dari 1,8 juta barel per hari tahun ini. Cuaca dingin dinilai menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi di beberapa negara meningkatkan konsumsi.

Anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga enggan menurunkan produksi yang tinggi dalam upaya agresif untuk mempertahankan pangsa pasar dan tekanan-biaya tinggi, untuk melawan produksi shale gas AS. Direncanakan, 12 anggota OPEC akan bertemu pada 4 Desember di Wina untuk membahas langkah lanjutan atas hal ini.

"Pertemuan OPEC dijadwalkan Desember mungkin akan membahas upaya untuk mengatasi kelebihan suplai, hanya saja penerapan tidak mungkin tahun ini," kata analis riset FXTM Lukman Otunuga.

Tingkat target produksi OPEC sendiri dipatok 30 juta barel per hari, tetapi anggota kartel memompa di atas kuota kolektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement