Senin 09 Nov 2015 05:44 WIB

Perusahaan Perawatan Indonesia Jajaki Pasar di Timur Tengah

Dubai
Foto: AP
Dubai

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Perusahaan perawatan pesawat asal Indonesia, GMF AeroAsia, menjajaki beberapa perusahaan pesawat asal Iran untuk mendapatkan kontrak perbaikan dan perawatan pesawat dari sejumlah negara di kawasan Timur Tengah. CEO GMF AeroAsia Richard Budihadianto menandatangani perjanjian kerja sama dengan CEO Zagros Airlines (maskapai penerbangan asal Iran) Hooshang Seddigh dalam penyelenggaraan acara Dubai Airshow yang dibuka di Dubai, Ahad (8/11).

Dengan Zagros Airlines, bentuk perjanjian kerja sama yang ditandatangani antara lain terkait dengan perawatan sebanyak 18 pesawat oleh GMF AeroAsia. Tidak hanya dengan Zagros Airlines, GMF AeroAsia juga berencana menandatangani kerja sama antara lain dengan sejumlah maskapai lain dari negara Iran yaitu Meraj Air dan Iran Air Tour. Negara lainnya yang juga dilakukan penandatanganan kerja sama di sela-sela penyelenggaraan Dubai Airshow tersebut adalah Afganistan (Kam Air), Nigeria (Service Air), dan Djibouti (Djibouti Air).

Seluruh kontrak penandatanganan kerja sama yang dilakukan GMF AeroAsia di Dubai Airshow 2015 tersebut diperkirakan bernilai investasi sekitar 14 juta dolar AS.

Sebelumnya, CEO GMF AeroAsia Richard Budihadianto mengutarakan harapannya agar pemerintah dapat fokus dalam mengembangkan industri MRO ("Maintenance, Repair, and Overhaul") atau perbaikan dan perawatan pesawat karena bakal membawa beragam keuntungan bagi Indonesia. "Ada lima manfaat atau keuntungan bagi Indonesia bila industri MRO nasional berkembang," kata CEO GMF AeroAsia Richard Budihadianto.

Menurut Richard, lima keuntungan itu antara lain adalah meningkatkan tingkat "safety" (keamanan) penerbangan, membantu meringankan beban perekonomian maskapai nasional karena perawatan dilakukan di dalam negeri, serta menyelamatkan devisa agar tidak ke luar.

Selain itu, ujar dia, manfaat lainnya, adalah menambah lapangan pekerjaan secara berlipat karena industri MRO memiliki banyak industri ikutan, serta bila maskapai asing bertambah masuk untuk merawat pesawatnya di Indonesia, maka devisa negara juga dipastikan bertambah.

Untuk itu, ia mengemukakan bahwa sejumlah tantangan yang dihadapi yang harus diatasi antara lain adalah agar bea masuk suku cadang penerbangan pesawat dapat dinolkan, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk industri MRO juga dapat ditingkatkan.

"Kami telah meminta pemerintah untuk membantu seperti melalui kerja sama beasiswa pendidikan," kata Richard.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement