Selasa 03 Nov 2015 09:29 WIB

Jatim Alami Deflasi Tertinggi dalam 10 Tahun

Rep: Andi Nurroni/ Red: Indah Wulandari
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Perkembangan indeks harga konsumen (inflasi) di Provinsi Jawa Timur pada Oktober 2015 mengalami penurunan paling besar dalam 10 tahun terakhir. Pada Oktober tahun ini, Jawa Timur mencatatkan deflasi sebesar 0,19 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Sairi Hasbullah menyampaikan, angka deflasi Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, sebesar 0,08 persen. Deflasi di Jawa Timur, menurut Sairi, dipicu penurunan harga sejumlah komoditas.

Komoditas yang mengalami penurunan harga paling besar, kata Sairi, adalah kelompok makanan (1,08 persen), kelompok sandang (0,16 persen), kelompok kesehatan (0,15 persen) serta kelompok trasnportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,01 persen).

“Beberapa komoditas penyumbang deflasi terbesar adalah cabai rawit, sebesar -49,75 persen, telur ayam ras, -8,35 persen, termasuk juga emas perhiasan yang mengalami penurunan sebesar -1,38 persen,” ujar Sairi dalam jumpa pers di kantor BPS Jawa Timur di Surabaya, Senin (2/11).

Hal menarik dalam laporan indeks harga konsumen kali ini, menurut Sairi, adalah deflasi yang dialami Kota Surabaya. Menurut Sairi, Kota Surabaya mengalami deflasi sebesar 0,34 persen.

Angka tersebut merupakan yang tertinggi di antara enam ibu kota provinsi di Pulau Jawa. Padahal biasanya, menurut Sairi, Surabaya selalu menyumbang inflasi paling tinggi bagi Jawa Timur.

Secara teori, menurut Sairi, terjadinya deflasi bisa disebabkan dua hal. Pertama, kata dia, adalah melimpahnya stok komoditas, dan kedua adalah menurunnya daya beli masyaraat. Ia menganalisis, yang terjadi di Jawa Timur, termasuk di Surabaya, adalah melimpahnya stok komoditas setelah Idul Adha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement