Senin 02 Nov 2015 06:15 WIB

LPS: Inflasi Inti Jadi Pertimbangan Fed Rate

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
The Fed/Ilustrasi
Foto: ABC News
The Fed/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (the Fed), pada pertemuan FOMC September 2015 telah memutuskan untuk mempertahankan policy rate di kisaran 0–0,25 persen. Naiknya ketidakpastian eksternal serta volatilitas di pasar keuangan mendasari kebijakan the Fed untuk mempertahankan suku bunga kali ini.

Bunga acuan di kisaran tersebut dipandang masih memadai, terutama dalam konteks kebijakan moneter untuk mendukung pencapaian target, yaitu penyerapan tenaga kerja yang maksimal dan stabilitas harga. The Fed menyatakan, perkembangan suku bunga ke depan akan ditentukan oleh pencapaian dua target tersebut.

Ekonom LPS, Seto Wardono, mengatakan, indikator utama yang dilihat the Fed dalam menentukan kebijakan moneternya adalah inflasi inti belanja konsumsi personal (personal consumption expenditure atau PCE). Inflasi inti PCE di AS pada Agustus 2015 baru mencapai 1,31 persen (yoy), jauh di bawah target yang sebesar 2 persen dan lebih kecil dari inflasi inti indeks harga konsumen (IHK) yang sebesar 1,83 persen (yoy).

Meski demikian, hasil proyeksi terbaru dari para pembuat kebijakan yang tergabung dalam Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan bahwa inflasi inti PCE akan naik secara gradual hingga mencapai target 2 persen pada tahun 2018. "Proyeksi yang dibuat pada bulan September ini lebih pesimis dari proyeksi sebelumnya, karena pada Juni 2015, para anggota FOMC memprediksi bahwa inflasi inti PCE akan mencapai 2 persen pada tahun 2017," jelasnya dalam Laporan Perekonomian dan Perbankan yang dirilis LPS akhir pekan ini.

Seto menambahkan, selain memprediksi kenaikan inflasi secara gradual menuju targetnya, para anggota FOMC juga memperkirakan perbaikan lanjutan pada tingkat pengangguran AS. Tingkat pengangguran mencapai 5,1 persen pada September 2015 atau sama dengan posisi di bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran diprediksi mencapai 5 persen pada akhir 2015 sebelum stabil di angka 4,8 persen pada 2016–2018.

Perkiraan FOMC tersebut lebih optimistis dibandingkan perkiraan bulan Juni 2015 yang menunjukkan tingkat pengangguran di posisi 5,3 persen pada 2015 serta 5,1 persen pada 2016 dan 5 persen pada 2017. Di samping penurunan tingkat pengangguran, berlanjutnya peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor non-pertanian juga mengkonfirmasi perbaikan pasar tenaga kerja AS.

"Keyakinan terhadap potensi kenaikan inflasi menuju targetnya serta perkiraan prospek pasar tenaga kerja yang lebih optimis tampak mendasari pemikiran the Fed untuk mempertahankan rencana menaikkan suku bunga pada tahun ini," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement