Rabu 28 Oct 2015 15:20 WIB

Manfaat Gabung Perdagangan Bebas Diminta Dikaji

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Perdagangan Bebas (Ilustrasi)
Foto: IDBTimes
Perdagangan Bebas (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG -- Direktur Jendral Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan, sebelum memutuskan untuk ikut dalam kerja sama Trans Pacific Partnership (TPP) Indonesia harus memperkuat daya saing terlebih dahulu. Hal ini karena, dalam kerja sama tersebut ada beberapa negara yang memiliki daya saing dengan produk sama. 

"Kita harus kaji manfaatnya, jangan sampai kita membangun regional comprehensive yang justru menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar," ujar Harijanto, Rabu (28/10).

Harjanto menjelaskan, apabila daya saing industri nasional sudah kuat maka Indonesia bisa dengan mudah membangun kerja sama perdagangan dengan negara lain. Menurutnya, pembangunan daya saing bukan hanya sekadar produk saja namun juga dari sektor lain seperti harga energi dan ongkos logistik. 

Kunci membangun daya saing industri nasional tidak hanya menjadi tugas Kementerian Perindustrian, namun juga merupakan komitmen bersama dengan kementerian/lembaga lainnya. Harjanto mengatakan, apabila ada komitmen nasional untuk meningkatkan daya saing maka kerja sama regional akan membawa peluang dan manfaat yang besar. 

"Sepanjang kita membangun daya saing secara konsisten rasanya nggak masalah mau FTA dengan negara mana saja, karena join dengan partnership ini bisa untuk membangun akses market," kata Harjanto. 

Dalam TPP, ada beberapa negara yang memiliki kesamaan produk dengan Indonesia yakni Vietnam dan Malaysia. Dengan demikian, sebelum memutuskan untuk bergabung Indonesia harus menghitung secara teliti untung ruginya dan melakukan pendalaman studi agar saat negosiasi terjadi keputusan win win solution. Tinjauan mendalam ini sangat diperlukan agar tidak menganggu industri nasional secara menyeluruh. Hal ini karena, tidak semua sektor industri di dalam negeri memiliki kesiapan yang sama. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement