REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Bank JTrust Indonesia Tbk (JTrust Bank) telah melaksanakan transaksi penjualan piutang atas sejumlah aset-aset bermasalah serta pengalihan hak atas asset yang diagunkan milik perseroan kepada PT JTrust Investments Indonesia (JTII). Langkah tersebut untuk meningkatkan level kesehatan dan profil risiko yang lebih baik.
Pengalihan aset bermasalah dengan nilai transaksi sebesar Rp 487 miliar telah dilakukan pada 22 Oktober 2015. Sejumlah aset yang diagunkan tersebut diantaranya berupa rumah tinggal, pabrik, mesin-mesin, kapal, termasuk berbagai AYDA lainnya hasil restrukturisasi kredit-kredit bermasalah.
Direktur Utama JTrust Bank, Ahmad Fajar, memaparkan, nilai keseluruhan transaksi sebesar Rp 487 miliar tersebut mencapai 48,62 persen dari nilai ekuitas perseroan sebesar Rp 1,001 triliun.
"Penjualan seluruh aset tersebut membuat kualitas kredit yang disalurkan perseroan semakin membaik dengan tingkat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) menjadi di bawah 2 persen, turun dari posisi Juni 2015 di level 6,35 persen," jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (26/10).
Ahmad Fajar menjelaskan, penjualan aset kredit bermasalah tersebut merupakan upaya manajemen JTrust Bank untuk meningkatkan performa perusahaan, sekaligus sebagai pondasi untuk melakukan ekspansi. Sebelumnya, pada 15 Oktober 2015, perusahaan telah menerbitkan obligasi subordinasi (subdebt) senilai 25 juta dolar AS. Subdebt bertenor lima tahun tersebut seluruhnya diserap perusahaan terafiliasi lainnya yaitu, JTrust Asia Pte, Ltd, Singapore.
Dana yang diperoleh dari penerbitan subdebt dicatat sebagai penambahan modal tier II. Selanjutnya dana tersebut akan digunakan untuk mendukung penyaluran kredit serta instrumen keuangan lain yang menunjang kinerja JTrust Bank. Melalui penerbitan subdebt tersebut, permodalan bank diperkirakan semakin kuat dan berdampak positif terhadap peningkatan rasio CAR serta mendukung ekspansi usaha perseroan ke segmen korporasi, komersial dan pembiayaan konsumsi.
"Dengan penerbitan subdebt, likuiditas kami semakin meningkat dengan rasio kecukupan modal (CAR) diperkirakan sebesar 19 persen. Sehingga dapat mendukung peningkatan penyaluran kredit perseroan," terangnya.