Senin 26 Oct 2015 09:05 WIB

Ingin Jadi Pusat Keuangan Islam, Hong Kong Butuh Usaha Lebih

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Sukuk gets more popular as an interesting investment instrument. (illustration)
Foto: islamic-finance.ru
Sukuk gets more popular as an interesting investment instrument. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG--Meski berambisi menjadi pusat keuangan Islam tingkat regional, Hong Kong dinilai belum banyak melakukan usaha untuk mencapai itu.

Analis Senior Moody's Christian de Guzman mengatakan, salah satu indikasinya yakni sukuk milik korporasi Hong Kong yang lebih memilih Kuala Lumpur. 

Hong Kong sudah menunjukkan ketertarikannya kepada keuangan Islam sejak 2007 lalu. Namun baru sedikit usaha yang dilakukan untuk mencapai ambisi mereka, terlepas dari penerbitan sukuk yang mereka lakukan tahun lalu dan tahun ini.

Untuk bersaing dengan Malaysia dan Singapura, Hong Kong mulai mengenakan perlakuan pajak yang adil antara sukuk dengan obligasi konvensional sejak 2013.

De Guzman mengungkapkan, kurangnya pemahaman mengenai instrumen keuangan Islam jadi salah satu alasan mengapa permintaan di Hong Kong masih sedikit. ''Investor institusi yang berinvestasi di sukuk akan melakukan due diligence yang prosesnya lebih kompleks dari obligasi,'' kata De Guzman seperti dikutip South China Morning Post, Ahad (25/10).

Kuala Lumpur sendiri, kata De Guzman, sudah biasa menangani penerbitan sukuk semacam ini karena sukuk infrastruktur adalah hal biasa di sana. Sehingga Kuala Lumpur lebih punya pengalaman dan kapasitas.

Dalam laporannya bulan ini, lembaga pemeringkat utang Standard & Poor’s menyampaikan, pertumbuhan keuangan Islam global akan turun menjadi angka tunggal tahun depan dari 10-15 persen selama satu dekade ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement