Sabtu 17 Oct 2015 08:00 WIB

Masyarakat Indonesia Ogah Jadi Petani?

Red: Nur Aini
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) MS Sembiring mengatakan rata-rata masyarakat di Indonesia mulai meninggalkan profesi petani yang ditekuni sejak dulu karena semakin canggihnya teknologi dan kemajuan peradaban.

"Petani merupakan profesi yang banyak ditinggalkan penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2003 masih ada 31 juta rumah tangga usaha tani. Satu dekade kemudian, jumlahnya merosot jadi 26,5 juta," katanya, Jumat (16/10). 

Menurut dia, mengutip pernyataan Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada awal Maret lalu, minat warga Negara Indonesia menjadi petani turun karena penghasilannya yang sangat minim.

Dia menjelaskan, penurunan jumlah petani yang terindikasi juga melalui pendapatan riil petani hanya Rp 200 ribu per bulan, sebagai angka yang sangat kecil dibanding dengan harga bahan pokok yang terus meroket.

"Pendapatan seperti itu itu berpotensi mengganggu target swasembada beras sebesar 73,4 juta ton gabah kering giling. Tapi, apakah petani harus menggantungkan mata pencahariannya terhadap beras semata," ujarnya.

Dia menuturkan petani sebagai penyangga pangan di Indonesia perlu mendapatkan perlindungan agar kehidupannya lebih baik. Menurutnya, Badan Pangan Dunia (FAO) menggarisbawahi nasib petani dalam hari pangan sedunia yang jatuh setiap 16 Oktober.

Menyikapi itu, Kehati kata dia, berjuang dan mendorong pemanfaatan pangan lokal sebagai salah satu sumber kedaulatan pangan yang tertuang dalam rencana strategis 2013-2017.

Kepedulian terhadap potensi pangan di Indonesia juga masuk dalam empat tema utama program Kehati yaitu pangan, energi, kesehatan, dan air.

"Dukungan Kehati terhadap pemanfaatan sumber pangan lokal oleh petani bisa dilihat di kawasan Flores Timur dengan pemberdayaan petani pangan lokal. Di Sulawesi Utara, tepatnya di Pulau Sangihe, Kehati juga mengajak petani untuk kembali bercocok tanam yang lestari untuk komoditas rempah dan sagu. Begitu pula yang Kehati lakukan bersama para petani di Yogyakarta dengan memanfaatan aneka umbi," ungkapnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement