REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2015 telah direvisi menjadi 3,1 persen dari sebelumnya 3,3 persen. Pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia salah satunya disebabkan oleh pelemahan ekonomi negara berkembang.
Hal itu disampaikan oleh Gubenur Bank Indonesia Agus Martowardojo seusai menghadiri pertemuan dengan G20, IMF, dan World Bank di Peru. Agus mengatakan, pertemuan tersebut salah satunya membahas, negara-negara berkembang masih akan mengalami volatilitas yang cukup tinggi.
Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,1 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2014 sebesar 3,4 persen. Sumber dari pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia itu lebih banyak di negara-negara berkembang.
"Jadi kita harus memberi perhatian kepada pertumbuhan-pertumbuhan negara berkembang, seperti Brasil, Rusia, Venezuela, dan Afrika Selatan," jelasnya kepada wartawan di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Jumat (16/10).
Agus menjelaskan, pelemahan ekonomi negara berkembang terutama karena tekanan karena harga komoditas yang jatuh. Indonesia, lanjutnya, cukup merasakan tekanan turunnya harga komoditas. Namun, Indonesia masih punya variasi komoditas yang beragam, jika dibandingkan beberapa negara yang tergantung pada satu atau dua komoditas, seperti Kazakstan, Nigeria, atau Venezuela. Apalagi, harga komoditas diperkirakan masih akan terkoreksi turun, sehingga akan berdampak pada negara berkembang.