Rabu 14 Oct 2015 13:19 WIB

Rizal Ramli: Kita Miskin Karena Mungkin Terlalu Kaya

Rep: Sapto Andhika C/ Red: Indira Rezkisari
 Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli bersiap mengikuti rapat kabinet terbatas bidang ekonomi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (12/10).  (Antara/Widodo S. Jusuf)
Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli bersiap mengikuti rapat kabinet terbatas bidang ekonomi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (12/10). (Antara/Widodo S. Jusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli kembali mengungkit perihal polemik pembangunan unit pengolahan gas di Blok Masela. Kali ini, Rizal menilai apabila Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tetap memutuskan pembangunan unit pengolahan terapung, bukannya unit di darat seperti saran dia, maka sekali lagi pemerintah telah menyia-nyiakan kesempatan emas untuk memajukan ekonomi wilayah timur Indonesia.

Rizal masih berpegangan pada penilaian bahwa pembangunan unit pengolahan gas di darat atau on shore akan mendatangkan efek berlipat, khususnya pada sosial ekonomi masyarakat. Dengan membangun di darat, katanya, bisa menyerap ribuan insinyur nasional dan juga mengembangkan sebuah kota industri baru yang maju.

Rizal juga menyebutkan bahwa ada risiko mengenai pembangunan unit pengolahan di atas laut. Apabila ada suatu masalah terjadi maka kapal investor bisa saja ditarik dan unit di atas laut bisa jadi mangkrak. Risiko ini akan berbeda ceritanya apabila unit pengolahan dibangun di atas darat.

"Tidak bisa hanya menghitung cost, tapi dampaknya pada pengembangan dan kesejahteraan wilayah. Kami firm harus di darat. Tadinya harus diputuskan 10 oktober, tapi setelah ramai-ramai ini panggil konsultan. Konsultan tergantung TOR-nya dong, memanggilnya mahal lagi 5-10 juta dolar AS," ujar Rizal saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Selasa (13/10).

Dan terakhir, Rizal juga menyayangkan betapa banyak kekayaan alam Indonesia yang selama ini terlanjur dimanfaatkan asing tanpa memberikan bagian yang sepadan bagi rakyat Indonesia. Menurutnya, ini karena lalainya pejabat dalam mengelola kekayaan alam demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

"Kita miskin karena mungkin kita terlalu kaya. Lupa mengelola kekayaan ini secara cerdas," lanjutnya.

Seperti diketahui polemik Blok Masela ini muncul setelah Rizal bersuara atas ketidaksetujuannya atas rencana Menteri ESDM bersama dengan SKK Migas untuk melanjutkan rencana pembangunan unit pengolahan gas terapung atau floating unit. Berdasarkan kajian SKK Migas, sistem ini dinilai lebih irit dan ekonomis. Hitungan yang berbeda justru diungkap Rizal, di mana dia lebih berpegangan pada multiplier effect, dengan memandang kemajuan ekonomi warga setempat bila dibangunkan unit di darat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement