REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Umum Kadin Sumatera Barat Asnawi Bahar mengatakan kabut asap yang menyelimuti daerah ini berdampak pada perekonomian masyarakat.
"Betapa tidak, paling tidak beban biaya masyarakat menjadi makin besar ditambah untuk membeli masker dan biaya berobat akibat dampak kabut asap," katanya, Sabtu (10/10).
Ia menjelaskan kabut asap juga berdampak pada sejumlah sektor perekonomian, seperti pariwisata, kelautan, dan transportasi. Pada sektor pariwisata, lanjut dia, sebagian wisatawan mancanegara dan lokal mulai membatalkan rencana kunjungannya ke Sumbar.
Sementara itu, untuk sektor kelautan dan perikanan, kabut asap berdampak pada jadwal melaut para nelayan tangkap.
"Meski cuaca bagus, jarak pandang di laut sangat dekat sehingga mereka menjadi takut untuk melaut," katanya.
Kondisi serupa juga dirasakan sektor transportasi, utamanya angkutan pariwisata. Bahkan, kata dia, sebagian kendaraan sewa pariwisata saat ini banyak yang tidak jalan akibat pembatalan kunjungan wisata.
Sementara itu, Kepala Humas dan Pemasaran Pelabuhan Indoneisa (Pelindo) II Cabang Teluk Bayur Harry Hartadi mengatakan bahwa lintas kapal yang datang dan keluar dari Sumbar masih dalam kondisi normal meskipun kabut asap menyelimuti daerah itu.
"Kalau dilihat dari kunjungan kapal, kabut asap belum berdampak pada lalu lintas kapal yang masuk ke Sumbar," katanya.
Bahkan, kata dia, data Pelindo II mencatat terjadinya peningkatan lalu lintas kapal yang datang dan keluar dari daerah ini.
Hingga Semester I 2015, lanjut dia, jumlah kunjungan kapal ke Pelabuhan Teluk Bayur mencapai 1.370 unit, atau naik 1.14 persen dari perode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1.205 unit.
Tidak hanya itu, arus barang pun mengalami kenaikan 1.03 persen, dari 5.799 ton pada Semester I 2014, menjadi 5.982 ton pada tahun ini.