REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan pelaku usaha selalu siap untuk terus berinvestasi di Indonesia selama ada kepastian peluang masuk ke pasar Eropa dan Amerika melalui perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan Eropa dan Trans-Pacific Partnership (TPP).
"Sejauh yang saya tahu, pemilik pabrik itu rela dan siap selama ada kepastian kalau dua-tiga tahun lagi FTA itu ada," ujarnya seusai sosialisasi desk khusus investasi sektor tekstil dan sepatu di Jakarta, Jumat (9/10).
Seperti halnya kepastian tarif listrik untuk menentukan biaya produksi, pelaku usaha juga menginginkan kepastian peluang usaha yang lebih besar di masa mendatang. "Maka, apabila ada kepastian hal itu akan terjadi, mereka siap untuk tetap investasi di Indonesia dan meneruskan investasinya," katanya.
Pelaku usaha, khususnya sektor tekstil dan sepatu, menilai perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat merupakan peluang besar untuk meningkatkan ekspor mereka. Sejumlah pelaku bahkan mengklaim sekitar 150 merk tekstil terkenal itu berasal dari Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno mengatakan meski masih harus menunggu dua tahun sebelum bisa masuk pasar Eropa atau Amerika Serikat, hal itu belum terlambat dilakukan. "Kalau sudah terlambat ya harus dikerjakan. Kalau tidak dikerjakan malah lebih terlambat lagi," katanya.
Menurut dia, waktu dua tahun sangat cukup bagi pelaku usaha di Indonesia, khususnya sektor pertekstilan, untuk berkembang. Pasalnya, pangsa pasar domestik masih begitu besar lantaran jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta orang.
Namun, Benny meminta agar pemerintah bisa menutup saluran masuknya produk tekstil impor ilegal yang berkontribusi hingga 60 persen dalam negeri.