REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara perlahan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai menguat. Bahkan saat akhir sesi kemarin, laju rupiah dari kurs tengah BI hampir mendekati level Rp 14 ribu per dolar AS.
Sentimen penguatan laju harga komoditas yang dimotori harga minyak mentah dunia menekan indeks dolar AS. "Ini tentunya memberikan sentimen positif bagi laju mata uang lainnya termasuk mata uang emerging market yang masih dapat bergerak positif," kata kepala analis riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada, Rabu (7/10) malam.
Ada anggapan bahwa paket kebijakan ekonomi jilid III lebih mengedepankan pada pembenahan kondisi makro ekonomi yang lebih konkret dan terarah.
Selain itu, komentar positif dari pejabat yang mengatakan bahwa penguat rupiah ialah faktor psikologis sebagai dampak dari respon positif akan paket kebijakan tersebut, turut menambah aura positif pada laju rupiah.
Reza mengatakan masih berlanjutnya penguatan pada rupiah memberikan peluang kenaikan lanjutan. Akan tetapi, di sisi lain adanya pelonggaran moneter oleh Jepang membuat laju Yen melemah terhadap dolar AS sehingga terdapat potensi pembalikan naik bagi dolar AS meski tipis.
"Diharapkan kenaikan indeks dolar AS tidak mengurangi potensi kenaikan lanjutan pada laju rupiah," kata Reza. Tetap sesuaikan kondisi dengan riil lapangan dan mencermati sentimen di pasar.
Dia menyebut tetapnya kebijakan moneter Jepang, naiknya harga minyak mentah dunia, dan membaiknya laju Euro memberikan sentimen positif pada laju rupiah. "Kami harapkan sentimen ini masih dapat berlanjut untuk dapat mempertahankan tren kenaikan lanjutan dari rupiah," ujarnya.