REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang akan dikerjakan konsorsium BUMN Indonesia dan Cina semakin memperagam kemudahan bertransportasi di Pulau Jawa.
Namun, menurut staf khusus Menteri Perhubungan Hadi Mustofa Juraid, hal itu tak lantas diterjemahkan sebagai memusatkan kemajuan nasional secara Jawa-sentris. Hadi mengatakan, pemerintah tetap konsen pada upaya Nawacita, antara lain membangun Indonesia dari pinggiran.
Karena itu, dia menjelaskan, pemerintah pusat menargetkan pada 2019 nanti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua sudah memiliki jalur kereta api (KA) aktif untuk mengangkut penumpang.
"Untuk tahun ini, feasibility studies-nya. Nanti kita targetkan sampai 2019 ini sudah mulai terbangun," ujar Hadi Mustofa di Menteng, Jakarta, Sabtu (3/10).
Dia menuturkan, akan dibangun rute KA Trans Kalimantan sepanjang 2.428 kilometer. Untuk itu, sudah disiapkan anggaran sebesar Rp 22,9 triliun.
Adapun rute KA Trans Sulawesi, lanjut dia, yakni akan menghubungkan Makassar-Manado sepanjang 1.772 kilometer. Anggaran sebesar Rp 31,25 triliun pun sudah siap.
Selanjutnya, jalur KA Trans Sumatra akan mengaktifkan kembali rel-rel yang sudah ada di Lampung, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Sumatra Utara. Sebab, selama ini rel-rel di sejumlah daerah itu masih belum tersambung satu sama lain.
Totalnya, ada sepanjang 1.399 kilometer jalur baru yang akan dibuatkan dan sepanjang 1.100 kilometer reaktivasi rel guna dimanfaatkan.
"Jadi kalau Sumatra itu targetnya adalah kita menyambungkan jalur-jalur yang sudah ada. Sehingga nanti betul-betul jadi Trans Sumatra. Dari Aceh sampai ke Lampung," tutur dia.
Untuk Bumi Cendrawasih, lanjut Hadi, pada tahap pertama akan dibangun rute Sorong-Manokrawi sepanjang 390 kilometer, dengan anggaran Rp 10,33 triliun.
Sejauh ini, jelas dia, feasibilities study berfokus pada pelbagai faktor, seperti kontur tanah, Harga dan pembebasan tanah yang di atasnya akan dibangun rel atau stasiun. "Anggarannya ada kok kita. Sulawesi sudah mulai," ungkap dia.