REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia Steven Tabor memperkirakan, konsumsi rumah tangga akan terus berkembang. Ia pun berharap, kenaikan gaji pegawai negeri dan keringanan pajak bagi masyarakat berpenghasilan rendah diharapkan akan mendorong belanja konsumen.
Turunnya indeks kepercayaan konsumen di awal tahun ini akibat pemotongan subsidi bahan bakar dan depresiasi rupiah, kini sudah mulai stabil. "Faktor lain yang disebutkan dalam laporan ADB ini adalah perkiraan menurunnya inflasi mendekati akhir tahun," jelas Steven, di Jakarta, Selasa, (22/9).
Deputi Direktur ADB untuk Indonesia Edimon Ginting menambahkan, ada risiko terhadap prospek pertumbuhan ini.
"Risiko dari ketidakpastian pasar keuangan dunia. Meski demikian, ketahanan Indonesia terhadap volatilitas pasar kian membaik karena nilai tukar mata uang yang lebih fleksibel, dan juga penyesuaian imbal hasil obligasi menurut nilai pasar," jelasnya di Jakarta, Selasa, (22/9).
Sedangkan risiko domestik yang dapat timbul termasuk keterlambatan investasi infrastruktur yang berlarut-larut. Lambatnya kemajuan reformasi struktural, dan dampak buruk kondisi cuaca El Nino.
Ia pun mencatat pemerintah siap untuk mengelola berbagai risiko tersebut. Saat ini ADB yang berbasis di Manila, dikhususkan untuk mengurangi kemiskinan di Asia dan Pasifik melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif, pertumbuhan yang menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan integrasi kawasan.