Senin 21 Sep 2015 17:35 WIB
Rupiah Melemah

Sofjan Wanandi Ajak Pengusaha Ubah Paradigma

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Djibril Muhammad
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi‬ mengatakan, untuk pertama kalinya Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis sektor riil. Krisis ini dinilai lebih berat dari krisis finansial yang pernah dialami Indonesia beberapa tahun silam.

Menurut Sofjan, krisis sektor riil ini sudah mulai menggelisahkan pelaku usaha. Hal tersebut terlihat dari beberapa pabrik yang mulai gulung tikar, adanya pengurangan shift kerja dan pemutusan hubungan kerja.

Akibatnya, angka kemiskinan dan pengangguran semakin bertambah. Menurut Sofjan, permasalahan ini akan terus bergulir dan menjadi tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dan pelaku usaha sampai akhir tahun.

"Pengusaha dan pemerintah harus mengubah paradigma, kita harus bersama-sama mempunyai sense of crisis dan jangan saling menyalahkan satu sama lain," ujar Sofjan di Jakarta, Senin (21/9).

Sofjan menjelaskan, pemerintah akan melakukan evaluasi terhadap deregulasi yang sudah dilakukan agar sesuai dengan keinginan pengusaha. Menurut dia, paket kebijakan ekonomi bertujuan untuk memproteksi dan membantu industri dalam negeri.

Untuk mendorong industri nasional, pemerintah juga akan berusaha memakai produk-produk dalam negeri. Hal tersebut harus dilakukan supaya arus barang impor bisa dikurangi dan masyarakat beralih menggunakan produk lokal, sehingga industri dalam negeri dapat bersaing.

 

"Semua industri dalam negeri kita baik BUMN maupun swasta harus kita bantu dan ini yang sedang dilakukan dalam beberapa bulan ke depan," kata Sofjan.

Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk membantu agar Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak layoff dan bisa bertahan di tengah perekonomian yang sedang melemah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yakni dengan memberikan bunga murah dari yang awalnya sebesar 22 persen turun menjadi 12 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement