Senin 21 Sep 2015 16:21 WIB

Ekonomi Lemah, Pengembalian Utang ke BMT Seret

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas di sebuah baitul maal waw tamwil (BMT) melayani nasabah
Foto: Aditya Pradana Putra Republika
Petugas di sebuah baitul maal waw tamwil (BMT) melayani nasabah

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA--Kondisi ekonomi yang makin lesu pascatriwulan kedua 2015 mulai memengaruhi anggota lembaga keuangan mikro baitul maal wa tamwil (BMT). Meski begitu, BMT masih bisa bertahan.

Ketua Pengurus BMT Mardlotillah Sumedang Asep Sudrajat mengatakan, turunnya daya beli membuat pengembalian pembiayaan oleh anggota terpengaruh. Penyerapan pembiyaan pascalebaran tahun tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

BMT Mardlotillah menargetkan pencairan pembiayaan per bulan bisa mencapai Rp 1 miliar, tapi saat ini maksimal pencairan hanya mencapai Rp 700 juta. Dari outstanding pembiayaan Rp 10 miliar, dengan target pengembalian pembiayaan Rp 1,2 miliar per bulan, saat ini realisasi pengembalian hanya sebesar Rp 700 juta.

''Itu saja sudah berat. Penjadwalan ulang dan restrukturisasi dilakukan. Di internal, BMT Madlotillah melakukan banyak hal termasuk rasionalisasi biaya, SDM, dan lain-lain.'' kata Asep, Senin (21/9).

Meski biaya pencadangan juga naik, Asep mengaku sejauh ini BMT Mardlotillah masih aman. Tapi bicara target, jika kondisi ekonomi belum pulih hingga akhir tahun, target bisa meleset.

Sekitar 60 persen pembiayaan BMT Mardlotillah sendiri disalurkan ke sektor pedagangan. Sementara 40 persen sisanya untuk sektor jasa, pertanian, peternakan dan konsumtif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement