Selasa 15 Sep 2015 19:35 WIB

Jokowi Pastikan Proyek Kereta Cepat tak Dibatalkan

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kereta cepat yang rencananya dibangun untuk jalur Jakarta-Bandung.
Foto: Setkab
Kereta cepat yang rencananya dibangun untuk jalur Jakarta-Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Presiden Joko Widodo menilai, pelemahan ekonomi tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini berada di level Rp 14.300.

"Sekarang kisaran Rp 14 ribu, tapi ingat, tahun 1998 dari Rp 1.800 loncat jadi Rp. 15 ribu," ucap Presiden Joko Widodo ketika berbicara dihadapan diaspora Indonesia yang berada di Qatar pada Senin malam 14 September 2015 di Wisma Duta, Doha Qatar.

Presiden menjelaskan kenapa nilai tukar rupiah dapat menembus kisaran Rp 14 ribu. Selain dipengaruhi kondisi perekonomian global, faktor lainnya adalah karena terlalu banyak mengimpor. "Oleh karenanya, yang kita kejar saat ini adalah subsitusi dari barang impor," ujar Presiden.

Hal lainnya yang menjadi perhatian pemerintah adalah masalah infrastruktur. "Misalnya jalan tol trans Sumatera, kalau tidak segera mulai, bila ditunda akan semakin mahal harganya, nanti pembebasan lahan menjadi mahal," kata Presiden.

 

Mengenai masalah kereta cepat, Presiden menggarisbawahi bahwa dirinya tidak membatalkan proyek kereta cepat tersebut, tapi mengajukan tiga syarat, yaitu jangan menggunakan APBN, tidak memerlukan jaminan pemerintah dan sifatnya B to B. "Saya menunggu hitung-hitungannya, kalau pas silahkan jalan, bukan dibatalkan, siapa yang bilang dibatalkan," ucap Jokowi.

Pemerintah memberikan alternatif, kereta dengan kecepatan 350 km/jam atau 250 km/jam. Kemudian, lanjut Presiden, bagaimana hitungan secara politik dan hitungan ekonomi dalam jangka panjang. "Jangan mentang-mentang bawa uang dan teknologi, terus mau ngatur-ngatur kita, ya nggak gitu," ujar Presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement