REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan variatif kembali terjadi pada laju bursa saham Asia dimana Nikkei melemah tajam diikuti bursa saham Korea Selatan, Singapura, dan Thailand. Akan tetapi, laju bursa saham Cina yang dimotori oleh HSI mampu mengalami kenaikan.
"Pelaku pasar masih berharap kepastian akan keputusan The Fed terkait naik atau tidaknya suku bunganya dan harapan positif akan rencana Beijing meluncurkan program restrukturisasi BUMN," ucap kepala analis riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada, Selasa (15/9).
Adanya imbauan pemerintah akan penurunan tarif telepon di Jepang membuat saham-saham telekomunikasi melorot dan berimbas pada aksi jual saham-saham lainnya sehingga melemahkan Nikkei.
Sementara itu, laju bursa saham Eropa kembali mengalami pelemahan. Reza mengatakan tampaknya pelaku pasar mulai terbagi dua antara sebagian pihak yang masih ingin melakukan pembelian dengan pihak lainnya yang mulai mengkhawatirkan jelang Rapat The Fed yang akan menentukan naik atau tidaknya suku bunga Fed rate sekaligus juga merespon masih adanya perlambatan di Cina yang terlihat dari pelemahan data industrial production dan fixed asset management-nya.
Minimnya data yang dirilis menjadi sentimen penghalang laju bursa saham Amerika Serikat (AS) untuk dapat bergerak melanjutkan bertahan di zona hijau meski kami masih berharap nantinya The Fed akan kembali menunda untuk menaikan suku bungannya. "Namun demikian, belum adanya kepastian akan keputusan The Fed tersebut membuat pelaku pasar cenderung menahan diri," kata Reza.q